Jadi Prajurit kalau Sudah Membunuh Seekor Singa Jantan

Saya pun diajak menari. Seorang Masai memasangkan olchity, kain merah bermotif kotak-kotak, menutupi bagian depan tubuh saya. Kami menari, berputar, sesekali melompat. Seru sekali.

Seorang Masai juga mengizinkan saya mengenakan topi yang terbuat dari kulit dan bulu kepala singa. ”Ini berasal dari singa yang kami bunuh empat tahun lalu,” kata prajurit tersebut.

Sasine mengatakan, pria Masai yang sudah berusia 15 tahun akan berkelana ke hutan. Tapi, tidak sendiri. Mereka pergi secara berkelompok, biasanya 7-12 orang. Tujuannya agar mereka belajar survival. Makan dan minum dari apa yang ada di hutan.

Biasanya selama dua minggu hingga sebulan. Mereka baru boleh pulang ketika berhasil membunuh singa jantan. Kepala singa itu dibawa pulang sebagai barang bukti. Pertempuran melawan singa tersebut dilakukan menggunakan pisau belati dan tombak. ”Setelah berhasil membunuh singa, mereka diresmikan sebagai prajurit Masai,” kata Sasine.

Kalau gagal, berarti mereka tidak layak menjadi prajurit Masai. Tetapi, mereka boleh mencoba lagi di kemudian hari. Apakah tidak merusak populasi singa?

”Tidak. Kami hanya membunuh singa jantan. Kami melarang keras mereka membunuh singa betina atau binatang buas lain. Apalagi bila singa betina itu sedang hamil,” katanya. Sasine sendiri baru menjadi prajurit Masai saat berusia 17 tahun.

Menurut Sasine, singa jantan adalah raja hutan. Dengan membunuh singa jantan, berarti mereka telah berhasil menaklukkan hutan. Artinya, mereka bisa hidup dari hutan itu. Orang Masai, kata Sasine, sangat peduli pada kelestarian hutan dan habitatnya. Sebab, mereka mengandalkan hidup dari hutan tersebut.

Peresmian sebagai prajurit Masai dilakukan dalam sebuah proses khusus di lapangan yang ada di depan perkampungan Masai. Lapangan itu cukup luas, sekitar separo lapangan sepakbola.

Berada di depan perumahan mereka. Saat pesta, hanya laki-laki yang boleh ikut. Perempuan melihat dari perkampungan. Pada saat pesta, mereka menari-nari dan melompat. Saat itulah juga diadakan kompetisi melompat. Siapa yang lompatannya tertinggi akan menjadi pemenang. Hidangan pestanya juga istimewa.

Mereka menyembelih banyak hewan ternak. Biasanya sapi dan kambing. Minumannya spesial. Darah dari hewan-hewan ternak yang disembelih itu. Setelah upacara adat tersebut, mereka diperbolehkan mencari perempuan untuk dinikahi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan