Klaim Gerus Tradisi Titipan, Sistem-Sekolah Tidak Bisa Diintervensi

Namun, saat mereka akan melakukan penyegelan, pihak kepolisian mencegahnya. Sehingga terjadi aksi saling dorong. Meski akhirnya mereka berhasil melakukan penyegelan, namun petugas kepolisian memaksa mereka untuk membuka segel tersebut.

Beruntung, dengan kesigapan petugas kepolisian, aksi tidak sampai pada tindakan anarkis dan masa aksi memilih mundur. Selanjutnya mereka mengancam akan melanjutkan aksi menuju ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Salah seorang perwakilan masa aksi, Andi Halim mengungkapkan, mereka melakukan aksi dengan berupaya menyegel sekolah tersebut lantaran mereka kecewa dengan perlakuan sekolah yang menolak memerima CPD asal Cimahi.

”Kami, memperjuangkan salah seorang anak asal Cimahi. Anak yang kami perjuangkan untuk bisa sekolah di SMA ini berasal dari keluarga tidak mampu,” ujarnya disela-sela aksinya, di SMA Negeri 1 Cimahi, Jalan Pacinan, kemarin (14/7).

Andi mengatakan, seharusnya pihak sekolah lebih gencar sosialisasi dalam peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Sebab, menurutnya, banyak masyarakat awam tidak mengetahui perkara zonasi, passing grade dan juga afirmasi.

Sementara itu, di tempat yang sama, pihak perwakilan sekolah, A.T. Takdir Pancaroba mengaku, tak terlalu peduli dengan aksi yang dilancarkan oleh kelompok masyarakat tersebut. Sebab,  pihaknya tidak memiliki wewenang memberikan kepastian apakah bisa menerima atau menolak permintaan mereka.

”Kalau memang benar mereka menyatakan diri perwakilan masyarakat, pasti akan kami layani. Apalagi kalau memang benar anak tersebut memang anak tak mampu. Pasti akan kami pertimbangkan. Masalahnya, apakah prosedurnya sudah dijalani, itu yang jadi pertanyaan,” ungkap Takdir.

Menurut Takdir, SMA Negeri 1 Cimahi akan dengan senang hati menerima calon peserta didik yang termasuk dalam kategori tidak mampu. Asalkan mengantongi persyaratan yang sudah ditentukan.

Namun, lanjutnya, kedatangan mereka dengan berteriak-teriak dan mengancam akan menyegel sekolah karena meminta satu siswa lagi untuk diterima menjadi satu pertanyaan lain.

”Kenapa baru sekarang? tidak dari sebelumnya mereka mendaftar, kan ada jalur afirmasi. Yang kurang mampu, pasti kami terima. Mereka kan justru daftar di jalur akademik, itu masalahnya,” bebernya

Dia menjelaskan, sebenarnya bagi calon peserta didik yang mendaftar melalui jalur afirmasi khususnya yang tidak mampu, akan ada survei yang dilakukan oleh pihak panitia ke kediaman calon peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi manipulasi yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan