Empat Tahun Pengabdian Empat Traveler dalam Book for Papua

Melewati tiga kabupaten, menembus kawasan Pegunungan Jayawijaya. Untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 1 Tiom, Musa harus bekerja kepada orang. Mengurus rumah orang plus ternak-ternaknya.

Nah, ketika hendak lulus SMA, Musa sempat bertemu relawan Book for Papua yang punya agenda kegiatan di Tiom. Musa mengutarakan cita-citanya agar bisa melanjutkan kuliah. Book for Papua lantas menemukan orang yang siap membiayai Musa kuliah di Medan.

Musa jelas sangat girang. Bahkan, dia mengutarakan siap menabung agar tak begitu memberatkan orang yang membantu.

Tapi, Tuhan berkehendak lain. Belum sempat Musa merasakan bangku kuliah, dia berpulang. ”Dia meninggal hanya gara-gara infeksi dari luka yang ada di kakinya,” ujar Arum Ratna Pratiwi, anggota komunitas Book for Papua lainnya.

Selama empat tahun berkiprah, mereka merekam begitu banyak kondisi memprihatinkan di Papua. Banyak sekolah di pedalaman yang vakum. Tidak ada murid. Guru-guru juga jarang datang. Entah karena malas atau memang akses ke sekolah yang jauh dan sulit ditempuh.

”Ada gedung sekolah yang sudah empat tahun tidak terpakai. Ada juga guru yang datang hanya enam bulan sekali,” kata Satrya.

Di satu sisi memprihatinkan, di sisi lain, itu pula yang terus menyemangati Book for Papua untuk terus bergerak. Mengatasi berbagai kesulitan.

Selama ini Book for Papua kerap terkendala persoalan biaya untuk mengangkut buku-buku donasi. Karena itu, mereka lantas memilih Surabaya sebagai home base.

Sebab, pengangkutan buku ke Papua akan lebih murah jika dibawa dari Surabaya. ”Selama ini buku-buku ini sering kami bawa lewat kapal laut,” katanya.

Dari kapal laut, buku-buku itu didistribusikan ke pedalaman Papua. Ada yang dilanjut menggunakan speedboat, mengarungi lautan ganas, agar bisa mencapai pedalaman di Asmat.

”Untuk kelas baca dan tulis, Satrya juga yang selalu ada di sana. Biasanya dia bisa 2-3 bulan keliling pedalaman Papua,” ujar Arum.

Para donatur datang dari berbagai lapisan. Biasanya para penyumbang itu tahu aktivitas Book for Papua dari media sosial. Nilai sumbangannya sukarela dan bisa diwujudkan dalam beragam bentuk.

Tinggalkan Balasan