Adrian Yunan Faisal, Personel Efek Rumah Kaca yang Terus Berkarya dalam Gulita

Yang paling memukulnya, dokter menyatakan tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan. Bahkan, Adrian disarankan mulai belajar huruf braille. Jalan medis seolah buntu. Keluarga menyarankan menempuh pengobatan alternatif dengan metode pijat pada saraf area mata.

Hasilnya, penglihatan pria kelahiran Jakarta, 16 Maret 1976, itu membaik hingga bisa membaca lagi. Aktivitasnya bersama ERK pun terus berjalan.

Dirintis sejak 2001, ketika akhirnya memutuskan memakai nama Efek Erumah Kaca empat tahun berselang, yang tersisa selain Adrian adalah Cholil Mahmud (gitar, vokal) dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Sejak tahun lalu, personel ERK bertambah Poppie Airil di posisi bass.

Menggabungkan berbagai genre, mulai progressive rock, new wave, sampai jazz, lagu-lagu ERK yang banyak berbicara tentang realitas sosial dengan gaya puitis kian banyak dikenal di skena indie tanah air. Sampai akhirnya pada September 2007 mereka bisa menelurkan album debut dengan tajuk yang sama dengan nama band.

Tepat pada saat itu pula, Adrian kembali ngantor. ”Dari awal mindset kami di band, tidak mutlak menggantungkan hidup dari musik. Jadi, kami bertiga (personel ERK) tetap kerja sambil ngeband,” tutur Adrian.

Ternyata, album itu meledak. Cinta Melulu yang menyindir industri musik tanah air dan Di Udara yang didedikasikan untuk almarhum Munir termasuk yang turut melambungkan album tersebut.

Kesibukan manggung Adrian otomatis makin padat. ”Karena saya sangat menikmati aktivitas di musik, kelepasan, 2008 fisik ngedrop,” ujarnya.

Kondisinya naik turun hingga 2010. Manggung dalam kondisi fisik lemah dan penglihatan kabur sering dia rasakan. Ketika pada Maret 2010 ERK mendapat undangan main di Singapura, Cholil dan Akbar menyarankan Adrian untuk sekaligus memeriksakan kondisi matanya di sana.

”Kalau di rumah sakit Indonesia, hanya mata saya yang diperiksa. Di Singapura diminta general checkup,” urainya.

Sebab, satu organ dengan organ lain di tubuh saling berkaitan. Dari pemeriksaan menyeluruh itu, dokter menyampaikan diagnosis yang jauh berbeda dari diagnosis awal lima tahun sebelumnya.

Dokter di salah satu rumah sakit kenamaan di Singapura itu menjelaskan, penglihatan Adrian menurun karena dulu dia terserang virus toksoplasma yang sangat tinggi. ”Kalau ditarik mudur, waktunya sekitar lima tahun ke belakang. Agak berdekatan dengan pertama saya merasakan low vision,” kenang pria yang banyak menulis lagu-lagu ERK itu.

Tinggalkan Balasan