”Bukan hanya sekedar lima hari, tapi kalau gurunya melakukan kekerasan juga buat apa lima hari? Tetap saja tidak akan melahirkan output atau keluaran pendidikan yang baik,” ucap Netty.
”Kita sudah terlalu sering mendengar anak-anak mengakhiri hidupnya karena nilainya tidak memuaskan orangtua. Itu terjadi lagi beberapa waktu yang lalu kan,” lanjutnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) Dudi Fatul Jawad mengatakan, peraturan tersebut, masih menjadi pilihan bagi setiap sekolah, dilihat dari kesiapan guru dan juga para siswa. Terkait penerapan sekolah sistem fullday, bagi sekolah yang belum siap mengikuti programnya bisa dicoba secara bertahap. ”Silakan jalani bagi yang belum siap secara bertahap. Sebab, penerapan sekolah lima hari ini perlu dikaji ulang,” ujar dia.
Dudi mengatakan, pihaknya harus konsultasi dengan pimpinan, Departemen agama, dan juga MUI, karena pada dasarnya kultur pendidikan di Kota Sukabumi ada sekolah agama.
”Jika program itu diterapkan harus ada pengkajian dulu. Untuk tahun ini pendidikan tetap berjalan seperti biasa,” kata dia.
Dijelaskan Dudi, idealnya pembelajaran pendidikan berkarakter tergantung kepada kondisi sekolah. Baik kondisi siswa, pengajar maupun fasilitas sekolah.
Sementara itu, seorang warga Eri Kurniawati setuju dengan adanya penerapan sekolah 5 hari begitupun dengan full day school. Menurutnya program teraebut bisa lebih mengontrol karakter anak, mengawasi pergaulan anak, baik pendidikan umum dan juga keagamaan berimbang.
”Setuju anak saya dari SD sampai SMP sudah mengikuti sekolah lima hari. Kalo pandangan orang-orang anak kelelahan, asal si anak tidak dipaksa,” tandas dia.
Yang perlu ditingkatkan efektivitasnya saja. Kalo ditambah jam secara fisik kelelahan gak? Itu perlu pertimbangan,” tandasnya.
Terkait hal itu, Ketua KPAI Asrorun Ni’am Sholeh menilai, kebijakan sekolah lima hari tidak ramah anak. Sebab, setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga tak bisa disamaratakan. Ada sebagian anak yang dengan menghabiskan waktu lebih panjang di sekolah justru dapat mengganggu tumbuh kembangnya. Misalnya, anak usia kelas I sampai III SD.
”Dalam kondisi tertentu, anak tidak usah lama-lama di sekolah agar cepat berinteraksi dengan orang tua. Ini untuk menjalin kelekatan fisik dan emosional serta keteladanan dan rasa aman.”