Jembatani Informasi Orang Tua-Anak

Hadirnya komik juga diharapkan membantu orang tua yang tidak jarang merasa tabu membicarakan persoalan menstruasi dengan anaknya. Terlebih, sekarang ini usia anak-anak perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama semakin muda.

Itu menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Saat mereka belum menyiapkan diri memberikan edukasi, ternyata anak-anak mereka sudah mengalami menstruasi.

Reza mengatakan, selama 3–4 tahun belakangan ini anak-anak dengan usia lebih dini sudah menstruasi. Pada saat yang sama, mereka belum memiliki pengetahuan yang cukup. Padahal, itu merupakan instrumen penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Berdasar studi Unicef pada 2015, ada empat dampak besar dari minimnya pengetahuan anak tentang seluk beluk menstruasi. Pertama, dampak kesehatan. Kata Reza, jika si anak tidak mengetahui kebersihan menstruasi, infeksi di area kewanitaan hingga kanker saluran kencing bisa terjadi. Kedua, dari sisi pendidikan, minimnya pengetauan soal menstruasi juga cukup berdampak.

”Satu dari enam anak perempuan memilih tidak masuk sekolah karena menstruasi. Ada yang tidak kuat menahan rasa nyeri. Ada yang takut di-bully anak-anak laki-laki,” sambung Reza.

Ketiga, yang tidak kalah hebat adalah dampak sosial dan lingkungan. Dampak sosial dari ketidaktahuan soal menstruasi adalah kepercayaan pada mitos-mitos turun-temurun yang kebenarannya diragukan. Keempat, dampak lingkungan, berdasar temuan di lapangan, anak-anak perempuan yang mengganti pembalut di sekolah memilih membuangnya ke kloset.

”Sehingga klosetnya mampet. Ini karena di kamar mandi sekolah tidak disediakan tempat sampah tertutup,” jelas dia.

Kasubbag Kesejahteraan Rakyat Pemkot Bandung Susi Darsiti membenarkan hal tersebut. Dia melihat sendiri bagaimana kondisi toilet di sekolah-sekolah dasar di Bandung. Menurut dia, saat memulai program fit for school atau yang diadaptasi menjadi program senyum pagi pada 2012, pihaknya kaget saat melihat toilet-toilet di sekolah.

”Belum ada toilet terpisah. Tidak juga disedikan tempat sampah tertutup. Beberapa kloset mampet karena anak-anak membuang pembalut ke kloset,” ungkap Susi.

Kejadian itu lantas membuat mata Susi terbelalak bahwa menstruasi bisa menjadi masalah serius. Di luar itu, dengan kondisi toilet yang jauh dari kata nyaman, anak-anak perempuan yang sedang menstruasi jadi enggan mengganti pembalut mereka di sekolah. Akhirnya, mereka bisa seharian menggunakan pembalut yang sama dan tidak tertutup kemungkinan untuk bocor ke seragam sekolah dan jadi bahan bully.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan