Siap Pasang Badan untuk Dahlan Iskan

Dalam diskusi santai sambil lesehan itu, Dahlan juga menyampaikan pandangannya soal nasionalisme. Menurut dia, anak-anak muda kadang-kadang terlalu bersemangat menyuarakan nasionalisme dalam arti yang sempit. Misalnya, menolak segala jenis impor. Biasanya isu yang diusung, negara harus berdikari.

Semangat itu, kata Dahlan, tidak salah. Namun, harus dilihat konteksnya. Dia mencontohkan gerakan swadeshi di India. Dahlan heran ketika ada kalangan muda di Indonesia yang menyuarakan swadeshi. Sebab, di India, swadeshi telah dikubur sejak 1989.

Pemerintahan baru India saat itu menghapus aturan-aturan yang terkait dengan gerakan kemandirian tersebut. Kala itu cadangan devisa India hampir habis. Setelah meninggalkan swadeshi, India tumbuh pesat dan sekarang pertumbuhannya mencapai 6,5 persen atau nomor dua terbesar setelah Tiongkok.

’’Dalam globalisasi, kita tidak bisa tumbuh tanpa bekerja sama dengan negara lain. Nasionalisme penting, tapi jangan diartikan sempit,’’ kata Dahlan.

Dahlan juga menunjukkan mobil listrik buatan Amerika Serikat merek Tesla yang baru dibelinya. Menurut Dahlan, dirinya membeli mobil seharga Rp 4 miliar itu bukan karena ingin punya mobil tersebut. Namun, dia hanya ingin menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik di negara lain sudah sedemikian maju.

Selain itu, dia membeli mobil listrik tersebut untuk menjawab ucapan salah seorang penegak hukum yang mengatakan bahwa mobil listrik itu tidak ada alias omong kosong.

Menurut Dahlan, lima tahun silam, Amerika, negara-negara di Eropa, dan Tiongkok baru memulai mobil listrik. Jepang baru pada tahap mobil hybrid. Saat itu Dahlan ingin Indonesia memulai mobil listrik karena tidak mungkin mengejar ketertinggalan industri mobil konvensional.

’’Sekarang ibarat lari maraton Jakarta–Surabaya, Amerika sudah sampai di Cirebon. Kita masih bisa mengejar. Kalau tidak, ya nasib kita hanya menjadi konsumen,’’ tegas Dahlan.

Dalam kesempatan itu, Yaqut mendapat kehormatan mencoba mobil listrik Tesla tipe S milik Dahlan berkeliling kawasan Ketintang, Surabaya. Sekitar 15 menit Yaqut mengendarai mobil berdaya 35 kw itu.

’’Tadi kami berharap tersesat dan tidak kembali ke sini,’’ kelakar Adung Abdul Rocman, sekjen PP GP Ansor, setelah mendampingi Yaqut mencoba Tesla. (sal/c5/tom/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan