Sebagai praktisi politik yang pernah maju dalam ajang Pilwalkot Bandung 2013 lalu, masalah biaya dalam politik adalah kebutuhan yang sangat mendasar. Bahkan, dalam praktiknya, persiapan biaya terbagi dalam dua bagian yaitu, untuk pengeluaran sejak dari tahapan pemilu hingga kondisi terburuk yaitu gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
”Ini pengeluaran yang tidak sedikit saya harus menunggu selama 10 tahun untuk menunggu gugatan hasil dari MK pada pilkada di tahun 2005 lalu,” ucap Iswara.
Kendati begitu, dengan aturan Undang-undang Nomor 10 tahun 2016 serta aturan turunan lainnya yang menguatkan aturan pilkada. Maka pilkada kali ini lebih terasa panjang namun lebih ringan. Sehingga sangat menguntungkan bagi calon calon kepala daerah yang akan maju dalam Pilkada serentak 2018 nanti.
Dirinya berpendapat, pada pilkada kali ini memang lebih otonom. Namun, secara garis partai, kata dia, hingga saat ini belum ada satu pun partai yang memberikan otoritas ke daerah untuk mempercayakan calon yang dijagokan untuk pilkada.
”Memang alangkah baiknya khusus untuk pemilihan bupati misalnya, cukup rekomendasi dari DPD (Jabar, Red). Tapi hingga saat ini kan masih bermuara ke pusat. Dan sewaktu-waktu bisa berubah jika tidak mendapatkan restu dari pusat,” papar Iswara.
Yang kedua, politik tidak lepas dari pandangan money politics. Itu menjadi pengganjal seseorang untuk benar-benar kredibel di mata masyarakat. Meski demikian, Iswara menilai, masyarakat saat ini lebih dewasa menyikapi money politics.
”Saat ini masyarakat lebih pintar. Uangnya diambil, urusan memilih, tergantung mereka senangnya yang mana. Jadi money politics juga tidak menjamin seseorang bisa terpilih,” paparnya.
Sementara itu, narasumber lainnya Yana Mulyana yang juga merencanakan ingin maju dalam ajang pilwalkot, belum bisa mengungkapkan ”dapur” untuk berkampanye. Meski, dia sadar diri jika cost yang diperlukan lebih besar ketimbang calon yang lain. ”Saya belum banyak dikenal. Makanya, saya perlu lebih banyak melakukan sosialisasi,” kata Yana.
Disinggung soal berapa biaya yang dikeluarkan untuk menghadapi Pilwalkot, Yana pun termasuk yang meyimpan rapat rahasia dapur. Namun, yang pasti, karena latar belakang dia sebagai pengusaha, dia mengakui sudah menghitung berapa biaya pengeluaran yang harus digelontorkan demi menyukseskan diri menjabat Bandung 1.