Mendorong Peluang Calon Perempuan dalam Pilgub Jabar 2018

Dia berpandangan, pemaha­man karateristik terbagai men­jadi tiga bagian penting. Di antaranya, pentingnya pemilih perempuan, gentingnya pemilih perempuan dan genitnya pemilih perempuan. ”Jadi para calon pemimpin perempuan harus memperhatikan tiga karateristik ini,”ucap dia.

Wawan menguraikan, ke­napa pemilih perempuan me­miliki arti penting dalam pe­milu sebab secara Demografi pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Bahkan perempuan memiliki sifat soliditas dalam nurani sosial ketimbang kaum pria.

”Jadi karater perempuan ini bisa dijadikan kekuatan untuk iklan berjalan karena ibu-ibu bisa mempengaruhi tetang­ganya, kerabatnya dalam menentukan pilihan lewat berbagai aktivitas yang dila­kukan,” ujar dia.

Karakter selanjutnya yaitu gentingnya perempuan. Hal ini, dilihat dari kondisi pe­rempuan yang tidak berban­ding lurus dalam urusan politik yang disebabkan ke­terbatasan dalam pendidikan.

Selain itu, perempuan me­miliki sifat genit dalam me­nentukan pilihan tanpa mem­pertimbangkan program-program calon pemimpin tersebut. Namun lebih meli­hat popularitas dan performa fisik calon.

”Ibu-ibu kan asal lihat calon­nya gagah, ganteng berwi­bawa langsung memilih itu tanpa mengerti program yang disampaikan ketika berkam­panye,” cetus dia.

Sementara itu, Anggota DPD RI Eni Sumarni yang turut ha­dir dalam acara tersebut men­gungkapkan, peran perem­puan dalam politik atau menjadi pemimpin di Indonesia sebetulnya sudah sudah dimu­lai oleh para pahlawan kemer­dekaan. Bahkan, di Jabar sen­diri seperti di Kerajaan Su­medang berdasarkan sejarah ada dua ratu yang menjadi pemimpin pada masanya.

”Jadi bagi saya menjadi pe­mimpin perempuan tidak jadi masalah. Sebab, sudah banyak pembuktiannya seo­rang pemimpin perempuan lebih berani, luwes dan tegas dalam menentukan sikap,” ucap Eni.

Melihat kondisi kiprah pe­rempuan dalam politik di Indonesia saat ini sudah se­makin baik. Hal ini, tidak lepas dari partisipasi politik perempuan yang duduk dip­arlemen semakin bertambah.

Namun, pada kenyataannya partisipasi hak politik kurang banyak diminati oleh kaum perempuan. Sebab, banyak anggapan bahwa urusan po­litik adalah urusan laki-laki.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan