jabarekspres.com, BANDUNG – Dalam menghadapi Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar), isu gender akan menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat dalam menentukan hak pilih.
Pengamat Politik dan Direktur Riset Politik Landscape Indonesia Wawan Gunawan, M. ud dari Universitas Islam Negeri (UIN) mengatakan, pada kiprahnya, sebetulnya hak politik perempuan di Indonesia sudah cukup terakomodir. Hal ini, ditegaskan dalam undang-undang pemilu yang mengharuskan Partai Politik mengikutsertakan perempuan sebanyak 30 persen untuk maju dalam Pemilihan Legislatif lalu.
”Namun, aturan ini belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata Wawan dalam diskusi Mendorong Peluang Calon Perempuan dalam Pilgub Jabar 2018 di Graha Pena Harian Umum Jabar Ekspres, Jalan Soekarno Hatta Nomor 627, akhir pekan lalu.
Wawan berpendapat, di Jabar saat ini sudah ada perempuan-perempuan hebat yang layak maju untuk ajang Pilgub. Di antaranya Netty Prasetiany, Ineu Purwadewi Sundari, Eni Sumarni, Dessy Ratnasari, Rieke Dyah Pitaloka, dan Nurul Arifin.
Beberapa perempuan yang saat ini menjabat sebagai kepala daerah seperti Bupati Indramayu Ana Sophana, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana dan Bupati Bekasi Neneng Hasanah, kata Wawan juga secara kapabilitas cukup layak untuk maju ke tingkat lebih tinggi untuk ikut pencalonan gubernur nanti.
Kendati begitu, peluang kesepatan untuk maju dalam politik ini terbilang cukup berat. Sebab, kalau dilihat dari karakteristik pemilih, masyarakat yang memiliki hak pilih akan memiliki pertimbangan dalam menentukan pilihannya.
Menurutnya, penilaian dalam menentukan pilihan secara umum masih dipengaruhi tingkat popularitas. Sedangkan isu gender masih dipandang sebelah mata oleh pemilih. Padahal, jumlah pemilih antara laki-laki dan perempuan memiliki komposisi seimbang.
Selain itu, peran serta politik perempuan diprediksi akan menjadi isu hangat dibicarakan di Jabar. Mengingat, kultur Jabar memiliki karater masyarakat Agamis. Namun, isu ini bisa saja ditepis bila calon-calon perempuan menyosialisasikan hak berpolitik dalam negara demokrasi Indonesia.
Wawan menuturkan, para calon pemimpin perempuan harus memahami karakteristik pemilih perempuan. Sebab, bila dilihat dari pelaksanaan Pilkada sebelumnya pemilih perempuan sangat potensial.