Agama dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan

jabarekspres.com, BANDUNG – Banyaknya anggapan bahwa masalah agama dan politik harus dipisahkan, dinilai calon Gubernur Jabar dari Partai Persatuan Pembangunan Uu Ruzhanul Ulum kurang tepat. Sebab, dunia politik dipandang memiliki kepentingan dalam agama.

Dirinya menilai, seorang pemimpin negara atau kepala daerah sehebat apapun pemikiran pendidikannya apabila tidak melibatkan agama dalam urusan politik pasti tidak akan mendapatkan kemenangan.

”Agama itu tidak cukup hanya dibentengi oleh pendidikan di pesantren, hanya interaksi antara kyai dan santri, tetapi harus dipadukan dengan kekuatan politik,” ketika ditemui dalam diskusi yang digelar Landscape Indonesia dengan tema ”Persentuhan bertempat di Kampus 3 UNFARI, Sukamiskin beberapa waktu lalu.

Uu menilai, pemikiran siyasah (politik) dan tarbiyah (pendidikan) harus dijalankan bersamaan dalam memenangkan politik. Sehingga, berdampak kepada kepentingan yang akan terakomodir oleh negara. Apalagi di Indonesia, Islam menjadi agama mayoritas.

”Saya masuk di dunia politik tidak lain untuk mencapai keridhaan Allah, untuk memperjuangkan apa yang diharapkan oleh masyarakat,” ucap Uu.

”Agama secara fundamental berbicara masalah akidah (keyakinan, Red). Dan penguasa atau raja adalah penjaga agama,” tuturnya.

Dengan begitu, kata Uu, agama dan politik tidak bisa dipisahkan.  ”Bahkan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dalam azas Pancasila sudah jelas, Tuhan yang Maha Esa dilibatkan dan semuanya saling keterkaitan,” paparnya.

Sementara itu, Direktur Landscape Politik Lokal Indonesia Asep Komarudin mengatakan, Pilkada serentak di Jawa Barat tidak akan terlepas dari persentuhan antara politik dan agama.

”Pasti tidak bisa terlepas antara agama, contohnya seperti Pilkada DKI itu pasti persentuhannya dengan Jawa Barat. Meski, Jabar tidak akan terjadi isu terkait muslim dan nonmuslim dalam memilih calon pemimpin,” ungkap Asep

”Kami melihat sejak mulai Ridwan Kamil maju calon dari Partai NasDem. Kemudian dipandang NasDem pengusung Ahok. Kemudian isu-isu agamanya yang lain mulai dibangun,” tuturnya

Dia berpandangan, bahwa para partai politik harus mulai mengomunikasi antara Islam dengan nasionalis. Sehingga tidak saling berhadapan.  ”Di sini justru Islam dan nasionalis dipaketkan,” ucapnya. (mg2/yan/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan