Kartini, Tidak Mengeluh Meski Terbelenggu

SOSOK RA. KARTINI masa kini penuh dengan ide-ide ny­eleneh. Up to date dan anti mainstream. Itu pun disadari betul oleh Nia Kurnia yang tak lain adalah owner Rabbani.

Perempuan lansiran Sumedang 1969 itu menilai, tantangan perempuan saat ini dari sisi ekonomi adalah mampu me­ningkatkan kompetensi sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Sebab, perempuan punya peran ganda terkait statusnya.

Dia mencontohkan, sebagai pribadi memiliki tanggung jawab langsung terhadap Allah SWT, maka dia harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa hidup sebagai perempuan yang mulia. Kemudian memi­liki akhlaq yang baik untuk bergaul dengan sesamanya. ”Juga memiliki skill untuk bekal hidupnya,” jelasnya Nia kepada Jabar Ekspres, baru-baru ini.

Poin lainnya, sebagai istri, dia dituntut sukses memerankan pasangan hidup untuk suaminya. Lalu sebagai ibu sukses dalam mengurus dan mendidik anak-anaknya. Terakhir namun tidak kalah penting, perempuan juga harus aktif menciptakan ling­kungan masyarakat yang kon­dusif. ”Dan semua itu hrs ber­sinergi dengan suaminya (bagi yang sudah bersuami),” ucapnya.

Bagaimana memandang sosok Kartini dan peran perempuan berdasarkan kodratnya? Nia mengungkapkan, ulama besar pembaharu Islam Hassan Al Banna mengatakan:”Perempuan tangan kanannya menggoyang ayunan, tangan kirinya meng­guncang dunia.”

Pada dasarnya semua perem­puan memiliki naluri yang sama yaitu cenderung pada fitrahnya yang nyaman di sam­ping suami. Penyayang terhadap anak-anaknya dan rela berkor­ban untuk apapun yang dia mau dan dia perjuangkan.

”Maka tolok ukur keberhasilan­nya adalah seberapa besar pe­rempuan itu memiliki keinginan terhadap sesuatu,” jelasnya.

”RA Kartini yang kita selalu peringati hari kelahirannya, sepemahanan saya sampai saat ini adalah sosok perempuan pejuang berdasarkan zamannya. Berkontribusi besar terhadap peradaban. Dan itu suatu hal yang anti mainstream,” jelasnya.

Bagi ibu enam orang anak ini, sosok Kartini menginspirasi kaum perempuan akan kegigi­hannya dalam berjuang men­capai tujuan yang seharusnya dicapai. Walaupun sering ter­belenggu keadaan, terintimi­dasi dengan norma dan aturan yang eksisting, tapi selama itu untuk hal yang layak dan perlu diperjuangkan maka pantang mundur surut ke belakang, te­rus maju sampai tercapai tu­juan hakikinya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan