Waspadai Kanker Payudara

jabarekspres.com, CIMAHI – Dalam Sepuluh tahun terakhir, kanker payudara berhasil menyalip kanker serviks sebagai penyakit paling mematikan yang menyerang kaum perempuan.

Hal itu disampaikan dr. Monty P. Soemitro, yang jadi narasumber pada seminar bertajuk Deteksi Dini Kanker Payudara di Rumah Sakit Umun Daerah (RSUD) Cibabat, Senin (17/4).

Dalam kesempatan tersebut, Monty menjelaskan bagaimana upaya mendeteksi kanker payudara sejak dini dan menjelaskan pula jika bahaya dari kanker payudara sudah sangat mengkhawatirkan.

”Kanker payudara menjadi penyakit nomor satu pada perempuan. Dari tahun ke tahun makin meningkat, di satu rumah sakit saja meningkatnya itu bisa sampai 30 persen per tahun,” jelasnya, usai seminar.

Menurut Monty, wanita harus peduli pada kesehatan payudaranya dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, terutama ketika ada benjolan di payudaranya. Banyak wanita yang acuh pada kesehatan payudaranya, karena sering kali indikasi kanker payudara tidak menyebabkan rasa sakit. Akhirya, wanita terlambat melakukan konsultasi kepada dokter.

Untuk usia bagi wanita, usia yang rentan terserang kanker payudara adalah 21 Tahun dan yang tertua 75 Tahun, sedangkan usia dominan sekitar 40 sampai 45 Tahun.

”Intinya wanita itu harus rutin melakukan konsultasi. Bukan kalau terasa ada benjolan saja di payudaranya, karena tidak ada itu pun memang wajib berkonsultasi,” ungkap dr. Monty dalam materi yang disampaikannya.

Deteksi dini sendiri bukan merupakan upaya untuk mencegah, melainkan untuk menemukan indikasi kanker sedini mungkin. Namun dengan deteksi dini, bukan berarti wanita akan terhindar dari kanker payudara.

Dijelaskannya, kelainan pada payudara tidak serta merta merupakan kanker. Bisa jadi benjolan tersebut merupakan infeksi, tumor, atau pemadatan yang disertai dengan nyeri.  ”Kanker payudara itu selalu diawali dengan benjolan yang tumbuhnya cepat, tapi bukan berarti kalau ada benjolan itu kanker,” ucapnya disela-sela seminar.

Lanjutnya, banyak kasus ketika seorang wanita terlambat melakukan konsultasi ke dokter spesialis dan justru lebih memilih bertanya kepada non medis atau berobat alternatif dan mengonsumsi obat-obatan herbal.

”Permasalahannya yang datang ke rumah sakit itu umumnya sudah stadium lanjut karena mungkin kurang sosialisasi atau kurang pemahamannya, gara-gara berobat herbal atau berobat alternatif, justru malah salah penanganan,” bebernya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan