”Contohnya seperti hari ini diadakan seminar tentang terorisme. Acara ini menjadi sebuah sarana bagi kami untuk menyebarkan informasi agar tidak terlibat kepada sikap radikalisasi,” ujar Hamidin.
Dia menambahkan, target deradikalisasi merupakan orang yang radikal dan orang yang berpotensi menjadi radikal. Sedangkan jika kontra radikalisasi itu upaya menguatkan dari elemen anak muda, seperti seminar dan diskusi agar tidak menjadi radikal.
Sedangkan, Kasubdit Kontra Naratif Densus 88 Imam Subandi mengatakan, Densus memiliki keterbatasan anggota. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia, logikanya, tidak selamanya bisa mengantisipasi terjadi tindak terorisme.
”Ya karena Densus itu jumlahnya hanya sedikit, jadi tidak selalu bisa diantisipasi dengan baik. Oleh karena itu kita butuh kerjasama dari masyarakat termasuk mahasiswa di dalamnya,” ujar Imam.
Menurut dia, mahasiswa dan masyarakat saat ini sudah dewasa. Kalau merasa peduli terhadap keamanannya, maka jika ada kecurigaan pasti melapor. ”Oleh karena itu tanggung jawab keamanan secara luas itu adalah tanggung jawab semua masyarakat termasuk mahasiswa, termasuk juga gangguan keamanan yang berupa terorisme,” tandasnya. (fathian/fik/rie)