Cara Soesilo Toer Menghidupkan Rumah Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer

Selain itu, seperti halnya kakaknya, Soesilo dikenal sebagai penulis. Hanya, karyanya tidak sehebat milik Pram. ”Kenapa harus malu? Sejak dulu saya memang senang ngorek-ngorek kotoran. Apalagi, ini juga untuk hidup,” tegasnya.

Hidup yang dimaksud Soesilo bukan semata untuk makan sehari-hari dirinya bersama istri, Suratiyem, dan anak semata wayang mereka, Benee Santoso. Namun, hidup yang dimaksud Soesilo berkaitan dengan upayanya menghidupkan rumah masa kecil Pramoedya. Rumah di Jalan Sumbawa 20, Jetis, Blora, yang kini ditempati keluarga Soesilo. Sebab, rumah tersebut menyimpan banyak sejarah dan kenangan bagi keluarga besar Toer.

Di rumah sederhana itulah energi menulis keluarga Toer menyala dan tak pernah padam hingga kini. Karena itulah, Soesilo bersama dua kakaknya yang sudah almarhum, Pramoedya dan Koesalah Soebagyo Toer, menggagas pendirian perpustakaan di rumah tersebut.

Perpustakaan yang diberi nama PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa) itu diresmikan tepat pada hari meninggalnya Pramoedya, 30 April 2006. Perpustakaan itu menempati ruangan 5 x 4 meter, di bagian samping rumah utama. Dulu ruangan tersebut merupakan dapur keluarga Toer. Koleksi perpustakaan tersebut kini lebih dari 5.000 judul buku.

Lantaran dua kakaknya sudah meninggal, Soesilo punya tanggung jawab moral untuk terus bisa menghidupkan Perpustakaan PATABA. Soesilo hanya dibantu Ben, anak tunggalnya.

Sejak beroperasi, perpustakaan itu telah banyak dimanfaatkan mahasiswa dan peneliti yang ingin melakukan riset, terutama tentang karya-karya Pramoedya. Sebab, perpustakaan tersebut menyimpan hampir seluruh karya Pram. Juga buku-buku koleksinya yang berjibun.

Karena itu, Soesilo menegaskan akan melakukan apa saja agar bisa menjaga dan melestarikan rumah masa kecil Pram serta Perpustakaan PATABA. Dia ingin menjaga mimpi yang telah digelorakannya bersama Pram dan Koesalah. Mimpi tentang masyarakat Indonesia yang gemar membaca menuju masyarakat Indonesia yang gemar menulis.

”Selain menjadi pemulung, saya juga memelihara kambing dan ayam untuk menambah penghasilan keluarga,” ungkapnya. Dia juga menanam pohon jati di pekarangan rumahnya yang cukup luas serta terus menulis dan menerbitkan buku di bawah bendera PATABA Press.

Pertengahan tahun ini, saat usianya menginjak 79 tahun, Soesilo menyelesaikan proyek buku pentalogi Pram. Yakni, buku Pram dari Dalam, Pram dalam Kelambu, Pram dalam Bubu, Pram dalam Belenggu, dan Pram dalam Tungku.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan