Yang Bikin Mahasiswa, Yang Terima Siapa Saja

Rika sudah mengabdi di Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara selama empat tahun. Sebelumnya, dia sibuk dengan pekerjaannya di Jakarta. Dia sempat bekerja di beberapa perusahaan sebagai purchasing staff dan management development program (MDP). Namun, hal itu tidak membuatnya bahagia. Dia lalu memutuskan untuk berhenti sebagai karyawan dan mencurahkan waktunya untuk aktif di yayasan Buddha tersebut.

”Begitu bergabung di yayasan ini, saya menemukan jati diri saya. Bagi saya, bahagia itu bukan soal kaya harta,” tegas perempuan kelahiran 21 April 1985 itu. Dengan mengajar di Dharma Center dan mengurusi kegiatan yayasan, Rika merasa waktunya lebih banyak bermanfaat untuk orang lain.

Penanggung jawab studio tsa-tsa Yansen Jaya Pranata mengaku tidak mendapat upah atas pekerjaannya di studio tsa-tsa itu. ”Ya, memang untuk tujuan sosial saja. Kami ingin menebar kebaikan lewat tsa-tsa Buddha ini. Itu saja, nggak berharap lebih,” ujarnya.

Yansen adalah mahasiswa semester akhir Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Bersama 24 temannya, dia bergiliran membuat tsa-tsa hampir setiap hari. Dalam sehari ada tiga sif perajin yang bertugas membuat tsa-tsa. Dengan cara itu, pekerjaan sosial di studio tersebut tidak sampai mengganggu aktivitas kuliah. ”Karena niatnya berbuat kebajikan, ya mau tidak mau kita harus ikhlas mengerjakannya,” tandas Yansen. (*/c5/ari/rie)

 

Tinggalkan Balasan