Yang Bikin Mahasiswa, Yang Terima Siapa Saja

Tsa-tsa dibagi-bagikan ketika yayasan menggelar event tertentu. Misalnya, saat perayaan Waisak atau bakti sosial yang lain. Di luar itu, tsa-tsa dibagikan untuk khusus komunitas pemeluk Buddha. Contohnya, untuk biara dan pelajar beragama Buddha.

Rika menuturkan, banyak umat non-Buddha yang merasa senang mendapat tsa-tsa. Bahkan ada yang meminta di studionya. Selain bernilai seni, tsa-tsa merupakan bentuk toleransi antarumat beragama.

Aktivitas bagi-bagi tsa-tsa itu dilakukan sejak 2006. Ide pembagian tsa-tsa tersebut diprakarsai Biksu Bhadaruci, pembina Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara sekaligus sekretaris jenderal Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI).

Menurut Rika, awalnya sang guru (Biksu Bhadaruci) ingin menebar kebajikan kepada siapa saja dengan membagikan tsa-tsa Buddha. Sudah lebih dari 100 ribu tsa-tsa dibagikan kepada masyarakat di Jawa, Sumatera, dan Bali.

”Kami ingin sekali membagikan tsa-tsa ini ke seluruh Indonesia,” ungkap sulung empat bersaudara itu. Hanya, niat tersebut belum terpenuhi. Masih terus diupayakan.

Untuk membuat tsa-tsa Buddha, kata Rika, si perajin harus mempunyai niat yang tulus lebih dahulu bahwa dia bekerja untuk kebajikan. Dia juga mesti memohon kepada guru agar memberkati motivasi baik tersebut. Semakin banyak tsa-tsa yang dihasilkan, semakin banyak kebajikan yang ditebar.

”Sebagian besar pembuat tsa-tsa di studio ini adalah mahasiswa. Setelah mereka lulus, biasanya mereka dapat pekerjaan yang bagus. Nah, itu salah satu bentuk manfaat kebajikan mereka membuat tsa-tsa,” ujar sarjana Teknik Industri Universitas Indonesia (UI) itu.

Selain tsa-tsa berbentuk sosok Buddha Sakyamuni, para perajin membuat stupa yang diyakini sebagai simbol batin Buddha. Dalam stupa itu terselip gulungan mantra (doa) dan bentuk tsa-tsa Buddha Amitayus. Buddha Amitayus adalah Buddha pemberi umur panjang bagi manusia.

Namun, arca stupa itu tidak dibagikan secara gratis kepada masyarakat umum. Stupa tersebut akan diletakkan di biara milik yayasan yang saat ini masih dalam pembangunan. Biara tersebut berada di Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Biara itu nanti menjadi pusat pendidikan calon biarawan (biksu) untuk anak-anak remaja.

Sebanyak 100 ribu tsa-tsa stupa akan diletakkan di lingkungan biara itu. Namun, sampai sekarang baru selesai 50.175 buah. ”Pembuatan stupa ini juga untuk kebajikan supaya guru kami, Guru Dagpo Rinpoche, bisa berumur panjang,” ujar Rika.

Tinggalkan Balasan