Mata dan Tubuh Menguning Dikira Kurang Dijemur

Namun, semangat Tri tidak kendur. Berbekal informasi yang diperoleh di internet, dia lantas menghubungi beberapa organisasi sosial yang punya kepedulian kepada pasien atresia bilier. Hingga akhirnya, dia mendapat jaminan tempat tinggal di Depok, Jawa Barat, dari Komunitas Sahabat Berbagi.

Sambil menunggu tindakan medis, Battar menjalani pengobatan secara herbal. Namun, efeknya tidak tampak. Gejala atresia bilier malah makin kentara. Tubuhnya lemas serta perutnya membesar lantaran hatinya membengkak dan mengeras. Dia sering menangis kesakitan.

Setelah modal dirasa cukup, awal 2015 Tri membawa Battar ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto di Jakarta. Namun, Battar kembali dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM). ’’Sebab, dokter yang bisa menangani (atresia bilier, Red) ada di RSCM,’’ ujarnya.

Sejak saat itu, perjuangan Battar dan orang tuanya melawan atresia bilier kian berat. Setelah menjalani pemeriksaan pertama di RSCM, dia langsung diminta opname. Tidak hanya 3–4 hari, tapi sampai sebulan. Itu perlu dilakukan agar kondisi Battar yang sudah memburuk tidak semakin parah.

Keluar dari RSCM setelah sebulan perawatan intens, Battar tidak lantas bebas dari tangan dokter. Dia tetap harus bolak-balik ke RSCM karena masih menjalani pemeriksaan terus-menerus sebelum menjalani operasi pencangkokan hati. ’’Kata dokter, satu-satunya jalan harus transplantasi hati,’’ ujar Tri.

Tindakan medis tersebut harus dilakukan lantaran fungsi hati Battar sudah sangat buruk. Karena itu, dibutuhkan donor hati. Dokter meminta diupayakan dari keluarga terdekat. Artinya, pendonor hati yang dimaksud adalah ayah atau ibunya.

Semula, Tri tidak percaya diri. Sebab, selama bekerja sebagai sopir, pola hidupnya tidak teratur. Tuntutan pekerjaan membuat dirinya harus tahan tidak tidur seharian. Dia juga perokok aktif.

Meski sadar kondisinya tidak baik, tekad yang sudah bulat membuat Tri yakin. ’’Saya sampaikan ke istri. Saya dulu yang maju (mendonorkan hati, Red). Kalau tidak bisa, baru kamu (Tari),’’ ungkapnya.

Sejak keputusan itu diambil, mau tidak mau, Tri harus melalui berbagai proses pemeriksaan yang melelahkan. Mulai cek darah lengkap, rontgen menyeluruh, magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography scanner (CT scan), serta pemeriksaan gigi dan THT (telinga, hidung, tenggorokan).

Tinggalkan Balasan