Banjir, KBM SD di Pengungsian

 bandungekspres.co.id, BALEENDAH – Akibat luapan Sungai Citarum yang memasuki pemukiman warga. Sejumlah sekolah di wilayah Andir, Kabupaten Bandung terpaksa menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) di tempat pengungsian di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Baleendah, kemarin (13/12).

Sekolah yang terdampak, yakni SD Negeri 1 Andir. Siswa dan guru di SD ini kembali menjalani proses belajar mengajar di tempat pengungsian lantaran bangunan sekolah mereka terendam banjir yang terjadi sejak Senin malam (12/12).

Kepala SDN 1 Andir, Ade Supriyadi, 53, mengatakan sejak Jumat kemarin banjir sudah terjadi dan merendam bangunan sekolah. Namun, Sabtu dan Ahad banjir mulai surut. Kemudian, Senin malam kemarin banjir kembali terjadi sehingga merendam sekolah.

”Sejak hari Jumat banjir,  Sabtu-Minggu surut. Senin malam banjir lagi, belajar di SKB,” kata Ade saat ditemui di tempat pengungsian sekolah di Gedung SKB, kemarin (13/12).

Menurutnya, saat ini jumlah siswa yang melaksanakan proses belajar mengajar mencapai 98 persen. Sementara sisanya tidak masuk dengan alasan sakit. Total siswa di SDN 1 Andir mencapai 284 orang.

Ia menuturkan, ketinggian air yang merendam bangunan sekolah kurang lebih mencapai 100 cm lebih. Banjir yang sering merendam bangunan sekolah tidak lantas menganggu aktivitas belajar mengajar sebab masih berjalan.

Dirinya berharap agar banjir bisa surut agar siswa bisa kembali belajar normal di sekolah.  ”Saat ini jadwal belajar mengajar berjalan seperti biasa. Kedepan diharapkan ada perubahan, agar anak tidak belajar di pengungsian terus menerus setiap musim penghujan,” ungkapnya.

Selain itu, akibat banjir yang melanda di Kecamatan Baleendah, sejumlah pedagang mengeluh, karena dalam setahun ini mereka sering tidak berjualan. Penyebabnya lantaran banjir kerap memasuki toko mereka, sehingga perekonomian pun turun drastis.

Salah satu pedagang plastik, Dano Kusharto, 47, mengakui, Tahun 2016 ini dirinya merasa sangat rugi karena luapan Sungai Citarum memasuki pemukiman warga dan pertokoan hampir setiap minggu.  ”Biasanya setiap hari omset penghasilan Rp1,5 juta, nah sekarang tidak sampai segitu, malah tahun ini bukannya untung, tapi malah rugi,” curhat Dano saat ditemui di tokonya.

Dia pun berharap, supaya ada penanganan cepat dari pihak pemerintah. Sebab, masalahnya dari dulu sungai Citarum tidak penah dikeruk. “Sedangkan sungai tersebut membutuhkan normalisasi dan Citarum lama pun supaya diaktifkan kemali, supaya ada penampungan air dan perekonomian pun meningkat kembali,” katanya.

Tinggalkan Balasan