Azmoun sendiri sudah mendambakan Liga Primer Inggris sejak lama. Dalam wawancara dengan FourFourTwo, pemuda Iran itu angkat bicara soal mimpinya bermain di Inggris. Hanya saja, bukan Liverpool yang ingin ia datangi, melainkan Arsenal – dan Azmoun sekaligus berharap bisa dilatih oleh Arsene Wenger.
”Sebagai seorang pemain, salah satu ambisi saya adalah bermain di Liga Primer Inggris,” ungkapnya pada FFT.
“Saya selalu ingin bermain untuk Arsenal di bawah Arsene Wenger – ia terkenal karena percaya pada para pemain muda dan memberikan mereka kesempatan untuk berkembang dan menunjukkan potensinya.”
Baca Juga:Tak Sabar Tampil di Old TraffordMerasa Diperlakukan Tidak Adil
“Di sanalah pemain muda minim pengalaman menjadi pemain besar dan masa depan cerah menunggu para pemain yang berbakat. Saya mungkin tampak sedikit ambisius, tapi itu adalah hal normal untuk seorang pemain. Harapan terbesar saya adalah menggendong trofi Liga Champions suatu hari nanti.”
Para penggemar sepakbola Iran selalu memuji permainan yang cepat. Keindahan permainan selalu penting untuk mempertahankan ketertarikan para penonton. Taktik bertahan dibuang jauh-jauh, bahkan ketika gaya seperti itu menghasilkan dampak positif. Karena itulah pemain sekelas Ali Daei atau Ali Karimi memukau penonton, dan keduanya merupakan pesepakbola yang paling termahsyur di negara tersebut.
Tidak heran ketika Ali Daei pensiun, publik Iran mencari sosok yang sepadan di lini depan. Azmoun muncul sebagai solusi dengan gaya bermain yang menonjol. Striker muda itu tampil gemilang bersama Iran dan mencetak 16 gol dalam 22 caps sejak melakoni debut pada Mei 2014. Pesonanya sudah disaksikan di level Asia, ia berhasil membobol tim sekelas Australia, Irak, Korea Selatan, dan Qatar.
Kemampuan dribelnya kerap disandingkan dengan Lionel Messi. Kontrol bola, naluri gol, dan pergerakan tanpa bola merupakan keunggulannya. Di luar lapangan, ia adalah orang yang ambisius, namun rendah hati. Azmoun disebut sebagai pemain muda yang selalu mendengarkan instruksi pelatihnya. Menurut Azmoun sendiri, rasa hormat itu dipicu oleh Carlos Queiroz – mantan pelatih Real Madrid dan Portugal. Ia mengaku beruntung bisa dilatih oleh Queiroz yang punya kepemimpinan yang unggul.
