Hanya saja dia menilai, kondisi daerah hulu sungai kota Bandung sudah berkurang resapannya. ”Hal ini disebabkan aliran air yang tadinya harus diresapkan, makin ke bawah makin kurang. Aliran air mengalir begitu deras, sehingga mengakibatkan luapan pada jalan khususnya di Pasteur,” paparnya lagi.
Di Pagarsih, Lisa mengatakan, banjir terjadi akibat penyempitan aliran sungai. ”Dengan jumlah penduduk yang cukup padat, ditambah lagi lahan aliran sungai yang sempit mengakibatkan banjir yang cukup parah,” ujar Lisa.
Lisa menambahkan, atas kejadian tersebut, DBMP Kota Bandung akan mengkaji untuk menempatkan tol air atau mesin pompa. Alat ini digunakan di daerah yang rawan banjir dengan sistem menyedot air yang berada di wilayah rawan banjir lalu di buangnya ke sungai.
”Catatan pembuangan air tersebut harus aman dan tidak mengakibatkan luapan air yang besar,” kata Lisa.
Di samping itu, kawasan rawan banjir tersebut perlu dilakukan normalisasi. Termasuk dukungan untuk pembuatan peninggian tanggul dan pembuatan jembatan.
Pemprov Siap Bantu Pemkot Bandung
Di bagian lain, Pemprov Jabar rupanya tak tinggal diam saat mengetahui Kota Bandung yang menjadi etalase Jawa Barat nyaris tenggelam oleh banjir.
Wakil Gubernur Deddy Mizwar mengaku, siap untuk menjadi fasilitator untuk urusan ini. Dia menilai, banjir besar yang terjadi kemarin karena rusaknya Kawasan Bandung Utara (KBU) oleh beragam bangunan.
”Penyelesaian tidak bisa dilakukan satu pihak saja. Apapun yang dilakukan Pemkot Bandung saya pikir akan sia-sia bila tidak ada kerjasama lintas sektoral dan kewilayahan,” jelas Deddy di Gedung Sate, kemarin (25/10).
Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Deddy, perlu ada duduk bersama antar kepala daerah. Sebab penyebab terjadi banjir dikarenakan KBU sudah tidak memiliki fungsinya lagi sebagai daerah resapan air. Sedangkan sebelum ada Perda KBU untuk kawasan ini memiliki kewenangan dan tanggung jawab oleh empat daerah: Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.
”Faktornya ini yang kemudian tidak bisa diselesaikan sendiri. Harus parsial dan berkesinambungan,” ucap Deddy.
”Sudah saatnya menanggalkan ego sektoral,” sambungnya.