Mako yang Seram, Ciku Kecil yang Menakutkan

”Meski begitu, Pak Pram tetap srawung (bergaul, Red) dengan penghuni Mako yang lain. Kami menempatkan beliau sebagai sosok panutan,” tutur Diro yang menganggap penulis tetralogi Pulau Buru itu sebagai ayah sendiri.

Di Pulau Buru Pram memang dikenal sebagai sosok yang memiliki karisma dan intelek. Karena itu, tak heran bila dia menjadi jujukan tapol yang ingin menumpahkan unek-unek. Misalnya, ketika ada tapol yang dibawa ke Ciku Kecil, tempat khusus untuk menghukum tapol yang dianggap bersalah. Biasanya si tapol akan mengalami penyiksaan hebat. Tak sedikit yang tidak kembali lagi barak. Diduga, si tapol sudah tewas. Jasadnya dibuang atau dikubur di tengah hutan. Kalau toh ada yang bisa kembali ke barak lagi, umumnya kondisinya babak belur.

”Kami merawat mereka yang dipulangkan dari Ciku Kecil. Biasanya mereka lalu cerita bagaimana dia bisa dibawa ke Ciku Kecil dan bagaimana bentuk penyiksaan yang mereka alami,” tutur Diro.

Sebagai penguasa di Pulau Buru, tentara tidak mau disalahkan. Mereka selalu benar. Kalau mereka punya kekeliruan, tetap saja yang salah tapol.

Diro bercerita, suatu saat ada seorang tentara yang sedang belajar naik sepeda angin di depan markas komando. Kebetulan tentara itu belum mahir dan sering jatuh saat naik sepeda. Ketika Diro berusaha menolong, dengan mengangkat sepeda dari tubuh tentara itu, bukan jabat tangan dan ucapan terima kasih yang didapat. Diro malah dibogem mentah di perutnya. ”Katanya, saya menertawakan tentara yang jatuh itu,” ucap Diro.

Cerita Diro dibenarkan kawannya sesama eks tapol, Tumiso, yang ikut mendampingi Jawa Pos dalam lawatan ke Pulau Buru itu. Menurut Tumiso, kehidupan di Pulau Buru saat itu sangat memprihatinkan. Termasuk cerita tentang kamp pembantaian tapol di Ciku Kecil. ”Saya tidak ingat sudah berapa tapol yang tidak kembali lagi di barak setelah dibawa ke Ciku Kecil,” ujar Tumiso.

Namun, bekas-bekas yang menandai keberadaan Pulau Buru sebagai tempat pembuangan dan pengasingan para tapol Orde Baru itu kini sudah tidak bersisa. Termasuk tempat penyiksaan tapol di Ciku Kecil yang terletak sekitar 4 km dari Pelabuhan Namlea, lokasi pendaratan para tapol pada Agustus 1969.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan