Salah satu warga, Rohana yang merupakan Ketua BPD Desa Cilengkrang mengungkapkan, sebanyak 40 persen warga Cilengkrang merupakan peternak sapi perah dan Kambing perah, yang berkaitan dengan kesehatan, serta swasembada susu dan daging. ”Jadi semuanya bermata rantai,” ujar Rohana.
Rohana menjelaskan, di wilayah Cilengkrang ini, terdapat 1.500 ekor induk sapi perah dan 4.500 ekor sapi potong. Sehingga, katanya, produksi susu se wilayah Cilengkrang per harinyanya menghasilkan 15 ribu liter susu.
”Kotoran hewannya kebanyakan dibuang kemana-kemana. Untuk kesehatannya alangkah baiknya kita berama-sama membuat bengkel-bengkel kotoran nantinya di produksi untuk bio gas dan ditampung oleh pengola-pengola pupuk. Untuk saat ini, pengola pupuk baru ada dua yang jalan di Desa Cilenkrang ini,” jelasnya.
Selain itu, tutur Rohana, untuk memprioritaskan pengelolaan kotoran ternak harus setiap RW. Dan untuk nilai ekonominya supaya masyarakat lebih sehat, karena, harga susu saat ini dikisaran 4200 per liter, sedangkan untuk pakan ternaknya sudah 3500.
”Kalau dulu 1 liter susu bisa mendapatkan 2 liter beras, namun sekarang malah kebalik, untuk mendapatkan 1 liter beras saja harus 2 liter susu. Bagaimana ekonomi petani mau sehat? Oleh karena itu, kami meminta bantuan untuk bengkel kotoran, diharapkan juga bibit ternak dan kesejahteraan para petugas yang swadaya,” paparnya. (adv/yul/fik)