SALAH satu pemain sepakbola Indonesia yang berlaga di Malaysia Andik Virmansyah bermimpi untuk mendirikan klub sepakbola di kampung. Setiap kali pulang kampung ke Surabaya, Andik Vermansah kerap sedih melihat lapangan Persebaya Surabaya di Karanggayam yang sepi tidak ada pertandingan.
”Padahal, dulu, saat saya masih main di (kompetisi) internal (Persebaya), hampir tiap hari selalu ada pertandingan di sana,” katanya, kemarin (23/8).
Sebenarnya, roda pembinaan pemain di klub-klub internal jalan terus. Meski memang tidak sekencang sebelum terjadi dualisme Persebaya.
Kalau kemudian pemain 24 tahun tersebut merasa prihatin, itu wajar. Sebab, karir sepak bolanya yang kini membawanya menjadi bintang di klub Liga Super Malaysia Selangor FA memang disemai di kompetisi internal Persebaya.
Lahir di Jember, bakat pemain yang bisa bermain sebagai gelandang serang ataupun winger tersebut terasah di Suryanaga sebelum kemudian masuk ke skuad Persebaya U-18. Lalu menembus skuad senior Green Force –julukan Persebaya– mulai 2008. Berlanjut ke tim nasional U-21, U-23, dan senior.
”Saya kira tidak hanya dari Surabaya, pemain dari seluruh Jawa Timur saat itu sering ke Surabaya untuk mendapatkan pertandingan kompetitif,” ujarnya.
Saat ini Andik sedang berancang-ancang membangun sebuah akademi sepak bola. Dia ingin membantu sebanyak-banyaknya anak Surabaya dan Jawa Timur menjadi pesepak bola hebat. ”Saya masih mengumpulkan dananya,” kata dia.
Mimpi Andik itu juga didorong apa yang dilihatnya selama di Malaysia sejak 2014. Secara infrastruktur, Andik menilai sejumlah kota di negeri jiran tersebut punya lebih banyak lapangan sepak bola daripada Surabaya.
”Seandainya kondisi itu bisa dipindah ke Surabaya, mungkin bukan hanya saya atau Evan Dimas yang muncul,” bebernya. (nap/ben/nit)