bandungekspres.co.id, Bandung – Sejumlah atlet PON XIX/2016 dari beberapa provinsi didaftarkan oleh dua kontingen berbeda. Rebutan atlet tersebut terjadi karena daerah berambisi mendulang medali. Di sisi lain, atlet tersebut sudah dilepas ke daerah lain.
”Ada sejumlah atlet yang didaftarkan oleh dua kontingen pada entry by name. Semuanya diketahui dan sedang diverifikasi di delegate registration meeting (DRM) yang digelar PB PON XIX/2016 sejak 18 Agustus lalu,” kata Koordinator Bidang Pertandingan PB PON XIX/2016 Jabar Nandang Saptari, kemarin (22/8).
Menurut Nandang, kegiatan DRM meeting digelar sejak Kamis (18/8) di Kota Bandung yang diikuti oleh perwakilan dari 34 kontingen, dewan hakim, technical celegate, tim keabsahan, KONI Pusat serta dari PB PON XIX/2016 Jabar. Kegiatan yang membahas hasil verifikasi dan kerja tim keabsahan atlet itu dibahas dalam forum DRM meeting tersebut berlangung cukup alot.
”Bahkan untuk membahas satu kontingen, bahkan satu atlet bisa berjam-jam. Beberapa di antara atlet itu didaftarkan dua kontingen. Yang pasti, dalam DRM meeting ini akan diputuskan apakah mereka bisa bertanding di PON atau tidak,” urainya.
Menurut dia, PB PON XIX/2016 Jabar tidak mungkin untuk menggelar pertandingan yang diikuti oleh atlet yang status kepindahannya belum jelas. Dia menyebutkan, pendaftaran atlet oleh dua kontingen itu akibat dari adanya proses mutasi atlet yang belum tuntas atau dipertahankan oleh daerah lama dari atlet yang bersangkutan.
Hampir dipastikan, kata atlet yang berstatus ”dwi kontingen” itu adalah atlet unggulan dan berpeluang untuk mendulang medali. Meski demikian, kata dia pihaknya akan tetap berpatokan kepada aturan main yang ada.
”Makanya kita pastikan pada DRM meeting ini semuanya terbahas dan keputusannya final. Sehingga tidak ada masalah lagi di technical meeting atau pada pertandingan nanti,” ungkapnya.
Disinggung daerah mana saja yang memiliki dwi kontingen, Nandang tidak menyebutkan pendaftaran ”ganda” itu. Namun demikian, semuanya dibahas tuntas pada DRM meeting.
Dia mengakui, kondisi ”rebutan” atlet pra mutasi atlet kerap terjadi pada ajang seperti PON XIX/2016. Maupun pasca pertandingan multi even lainnya seperti PON Riau lalu.