Terima Kasih Yuni, Tutup Telinga Soal Bonus

bandungekspres.co.id, RIO DE JANEIRO – Angkat besi tidak pernah mengecewakan. Sejak Raema Lisa Rumbewas menjadi sensasi nasional dengan meraih perak di Sydney 2000, cabang olahraga ini tak pernah putus mempertahankan tradisi medali pada ajang Olimpiade.

Kemarin di Riocentro, Pavilion 2, Barra da Tijuca, Sri Wahyuni Agustiani tampil luar biasa sebagai titisan Lisa. Seorang debutan Olimpiade, yang langsung meraih perak pada kelas 48 kilogram. ”Belum waktunya dapat emas,” kata Yuni, panggilannya lantas tersenyum setelah menjalani tes doping pasca perlombaan.

SRI-WAHYUNI-RAIH-PERAK_AINUR-ROHMANJAWA-POS_Jawa-Pos(1) -Lifter yang pada 13 Agustus nanti berusia 22 tahun tersebut memang sangat berpeluang untuk meraih emas pertama dalam sejarah angkat besi nasional di Olimpiade. Kendali berada total di tangannya usai lifter Thailand Sopita Tanasan yang tidak pernah gagal pada lima angkatan pertama (snatch, clean and jerk), ternyata tidak sukses saat mencoba mencatat 110 kilogram (kg).

Total akhir angkatan Tanasan adalah 200 kg. Yuni yang mendapatkan 85 kg dari snatch, sudah memastikan meraih perak dengan mencatat jumlah 192 kg. Itu didapatkan setelah dia sukses mengangkat 107 kg pada kesempatan pertama clean and jerk.

Untuk mendapatkan emas, Yuni hanya butuh menyamai total angkatan Tanasan. Sebab, bobot lifter kelahiran Bandung itu lebih rendah, 47,25 kg berbanding 47,91 kg milik Tanasan. Jadi, tim pelatih tidak memiliki opsi selain memasang angka 115 kg.

Suasana kubu Indonesia diliputi ketegangan hebat. Di belakang panggung, pelatih Supeni menempelkan keningnya ke kepala Yuni. Dengan suara meninggi, Supeni mengatakan bahwa inilah saatnya. ”Jangan berhenti, kami ingin emas!” ucapnya.

Mendapatkan dorongan tersebut, Yuni menggigit bibir dan menganguk-anggukan kepalanya. Namun sayang, pada kesempatan pertama dia gagal. Ketegangan menjalar lebih hebat lagi. Para penonton Indonesia di Riocentro yang terdiri dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan para pengurus olahraga nasional, serta Duta Besar Indonesia Toto Riyano untuk Brasil terlihat resah.

”Ayo, perbaiki lagi posisinya, perhatikan lagi ototnya,” kata Peni sebelum Yuni melakukan angkatan terakhirnya pada perlombaan tersebut. Di sisi lain, Tanasan juga sangat tegang. Dia tidak berani melihat aksi Yuni dan memilih memeluk pelatihnya. Namun sayang sekali Yuni kembali gagal. Peluang sangat besar itu, gagal direalisasikan menjadi emas.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan