Belajar dari Rudjito Melewati Musim Gugur Perbankan Nasional

Menjadi banker memang perlu kerja keras. Namun, kerja keras saja, tampaknya, belum cukup bagi seorang banker yang ingin survive pada masa krisis. Rudjito, mantan Dirut BRI, berbagi kisah jatuh bangun yang harus dihadapi selama menjadi banker dalam buku Be An Optimist! Banyak Bekerja, Banyak Bicara, Banyak Hasilnya yang di-launching pekan lalu.

OPTIMISTIS, tampaknya, merupakan nama belakang Rudjito. Hal tersebut tergambar jelas dalam buku pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 9 Juli 1946, itu. Prinsip tersebut memang wajib dipegang kukuh sebagai pedoman hidup siapa saja. Betapa tidak, di tengah badai krisis yang menyerang Indonesia pada 1998, Rudjito terus berupaya berdiri tegak melawan badai krisis. Dalam bukunya, dia menjelaskan bahwa dunia perbankan mengalami musim gugur pada tahun tersebut. Banyak bank yang berguguran.

Bukan hanya bank, korporasi pun ikut gulung tikar. Dampak tersebut berlanjut pada meningkatnya angka pengangguran yang cukup signifikan. Kala itu krisis ekonomi mengakibatkan tumbangnya bank-bank, baik pelat merah maupun swasta. Pemerintah pun mengucurkan BLBI. Bank yang memiliki CAR di bawah 4 persen direkapitalisasi.

”Agar bisa bertahan dan bangkit, bank melakukan konsolidasi dan restrukturisasi. Era konsolidasi ini mengawali fase musim dingin atau zaman normal bagi dunia perbankan,” tulisnya dalam buku tersebut. Saat gencar-gencarnya menjalankan proses rekapitalisasi dan restrukturisasi, Rudjito jatuh sakit.

Dia divonis menderita gagal ginjal. Padahal, saat itu dia menjabat direktur BDN. ”Karena keadaan sakit saya, saya sudah siap mundur dan tidak diikutkan sebagai direktur lagi,” tambahnya. Kenyataan tersebut dihadapi dengan ikhlas meski terhitung 25 tahun lamanya dia bekerja di BDN. Sambil memulihkan kesehatan, dia tetap menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya saat itu.

Tidak lama, di awal 2000, dia diminta menjadi Dirut PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) oleh Herwidayatmo, ketua Bapepam saat itu. Penunjukan tersebut dilatarbelakangi kemampuan Rudjito yang dianggap paham tentang risk management.

Ketika bank-bank secara ketat melakukan konsolidasi, dia diminta menjadi Dirut BRI per 17 Juli 2000. Di situlah awal musim semi datang. ”Saat bank-bank lain sedang melakukan konsolidasi, BRI sudah bisa melakukan ekspansi kredit dengan fokus UMKM. Sektor UMKM terbukti kebal terhadap gelombang krisis. UMKM dulu hingga kini menjadi lokomotif ekonomi yang sustainable untuk Indonesia,” katanya.

Tinggalkan Balasan