Pemain Internasional Terbaik Asia 2012 itu dengan tegas mengatakan bahwa Signal Iduna lebih berarti sebuah rumah kedua baginya. Rumah yang selalu membuka pintu untuknya. ’’Yang lebih bangga lagi klub ini tidak melupakan saya. Menurut saya Dortmund itu tidak ubahnya seperti sebuah keluarga,’’ tambahnya.
Sama seperti Kagawa, Nuri Sahin juga merasa di Signal Iduna-lah dirinya mampu menemukan segalanya. Gelandang bertinggi 180 sentimeter itu sempat hijrah ke klub kaya raya seperti Real Madrid pada usia 23 tahun di musim panas 2011. Bukannya menjadi pilihan utama Jose Mourinho seperti yang dia harapkan. Dalam tiga musim berstatus sebagai penggawa Real, dua tahun dihabiskan dengan status pemain pinjaman.
Semusim di Real (2011-2012), lalu semusim dipinjamkan ke Liverpool (2012-2013), kemudian dipinjamkan ke Dortmund (2013-2014). Musim terakhir sebagai pinjaman itulah yang menyadarkannya bahwa tidak ada tempat seindah Dortmund. ’’Sebagai manusia biasa, saya hanya ingin main untuk klub ini,” cetusnya, dikutip dari Bild.
Kebijakan Dortmund dua musim terakhir makin menguatkan anggapan Sahin bahwa di klub ini dia sudah dianggap seperti keluarga. Pasalnya, Sahin kembali ke Dortmund hanya untuk memenuhi ruang perawatan. Dua musim terakhir dia lebih sering absen karena cedera. Dalam dua musim, pemain berkebangsaan Turki ini hanya bermain 16 kali.
Dalam dua musim, Sahin enam kali mengalami cedera yang berbeda-beda. Dari total 730 hari-harinya di Dortmund, 522 hari di antaranya dia habiskan untuk memulihkan cedera. Atau dengan kata lain Sahin menghabiskan 72 persen waktunya di Dortmund untuk cedera. Musim panas tahun ini, dia menegaskan sudah pulih dari cedera.
Dilansir dari situs Sport360, banyak tawaran dari klub lain baginya untuk musim 2016-2017 ini. Akan tetapi, Sahin bukan kacang yang lupa dengan kulitnya. Sahin tidak mau mengulangi pengalaman meninggalkan Dortmund lima tahun lalu. ’’Kemarin Galatasaray, sebelumnya juga ada Fiorentina (yang menawarinya). Tapi, saya bahagia di Dortmund,’’ tegasnya. (ren/vil)