bandungekspres.co.id, Premier League musim 2016-2017 semakin menancapkan benderanya sebagai kompetisi paling menarik. Bukan hanya soal atmosfer kompetisi yang ketat. Melainkan juga barisan para pelatih menterang di daratan Inggris. Namun jangan sekali-kali sepelekan peran krusial dari para asisten pelatih di belakangnya.
—
Ryan Giggs tak pernah diragukan loyalitasnya kepada Manchester United. Sejak 1987 lalu, Giggsy, sapaan Ryan Giggs, merintis karir dari level junior, senior, hingga asisten pelatih. Sampai musim lalu, pria 42 tahun itu masih menjadi orang kepercayaan asisten pelatih United Louis Van Gaal.
Akan tetapi kedatangan Jose Mourinho sebagai arsitek United membengkokkan kesetiaan Giggsy yang sudah 29 tahun itu. Gara-gara hanya ditawari sebagai pelatih akademi United, Giggsy pun memilih mundur dari United musim ini.
Mou, sapaan Jose Mourinho, lebih memilih mantan patnernya Rui Faria sebagai tandemnya. Seperti dituliskan Manchester Evening Standard Mou lebih memilih Faria karena hubungan yang terjalin sejak lama dan teruji.
Berpatner sejak 2001 lalu ketika Mou melatih di Uniao Leiria, Faria yang posisi aslinya pelatih fisik pada awalnya punya tugas menggenjot fisik anak buah Mou. Namun lama-lama Faria diberi kepercayaan juga oleh pria kelahiran Setubal itu buat memberinya masukan dalam materi latihan.
“Faria adalah tangan kanan metodologiku,” komen Mou soal posisi Faria seperti diberitakan ESPN. Dari pernyataan Mou tersebut terlihat bagaimana Faria sangat berpengaruh dalam periode kepelatuhannya
Faria sudah membuktikan kapasitasnya sebagai pelayan yang baik buat Mou. Lagipula pria 41 tahun itu senang lebih senang bekerja di balik layar ketimbang menggantikan Mou atau asisten pelatih yang lain bicara ketika sesi preskon dengan media.
Misalnya ketika di Chelsea, saat tak ada Mou ada Steve Clarke atau Steve Holland yang lebih sering bicara. Lalu berpindah ke Inter Milan, Giuseppe Bergomi lah sosok asisten yang muncul. Kemudian di Real Madrid, Aitor Karanka adalah wakil Mou saat bersama media.
Sama seperti Mou, maka Faria adalah pekerja keras juga pembuat rencana yang detil. Namun soal ’kegilaan’ keduanya sangat-sangat mirip. Faria pun senang ‘meledak’ seperti halnya Mou.