Jangan lupa ada Republik Ceska yang sudah gatal ingin merasakan Piala Dunia. Loew menilai, tidak ada yang mudah dari kelima calon lawannya di kualifikasi. Republik Irlandia saja tahun lalu bisa mengalahkan Jerman di kualifikasi Euro, kenapa tidak dengan Irlandia Utara, Ceska, Norwegia, bahkan Azerbaijan dan San Marino.
Dalam pandangannya, permainan attacking football-nya di Euro 2016 kemarin dari sisi power-nya tidak akan tereduksi banyak. ’’Kalau dibilang kecewa, iya memang saya kecewa. Akan tetapi, tim kami di Euro kemarin termasuk tim termuda (rasio usia 25,9 tahun, termuda bersama Swiss). Karena itu, saya melihat potensi besar di baliknya,” koar pelatih yang baru saja dipertahankan Federasi Sepak Bola Jerman DFB itu.
Satu-satunya tugas Loew adalah bagaimana rerata penguasaan bola 63,1 persen mampu sejajar dengan 1,2 gol per game. Terlepas dari krisis striker, Loew harus mencari sosok pembeda lain. ’’Tugas itu segera kami mulai. Beberapa hari ke depan kami istirahatkan pemain dahulu, setelah itu mari kerja lagi,” imbuhnya.
Demi mengasah ujung tombaknya itu, sebelum mengawali laga pertamanya di kualifikasi Piala Dunia menghadapi Norwegia di Oslo (4/9), Jerman terlebih dulu menjajal tim lemah seperti Finlandia dalam laga uji coba di Moenchengladbach, 1 September. Di hari yang sama, Prancis langsung tancap gas dengan menantang Italia di Bari.
Mengapa Didier Deschamps dengan berani langsung memanasi skuadnya dengan menantang Gli Azzurri – julukan Italia? Belanda-lah alasannya. Maret lalu, Hugo Lloris dkk dalam sebuah laga uji coba mampu mengalahkan Belanda 2-3 di Amsterdam. Terlepas dari kekalahan itu, Belanda unbeaten dalam lima laga lainnya.
Wales, Inggris, dan Polandia sudah diberi pelajaran oleh tim yang dibesut Daley Blind tersebut. Akankah pelajaran yang sama didapatkan Prancis. Dilansir Associated Press, satu-satunya harapan dari Didi – sapaan akrab Deschamps – kepada anak asuhnya adalah: Jangan kehilangan momentum setelah Euro.
Apalagi setelah mereka sekarang berhasil memunculkan rising star seperti Antoine Griezmann dan Dimitri Payet. Generasi Prancis di Euro 2016 kemarin diprediksi tidak akan berubah. ’’Bandingkan dua tahun lalu, ketika kami berlaga di Piala Dunia, lalu dengan saat kami bisa mencapai di final (Euro), anak-anak muda kami jauh lebih baik,’’ klaim mantan pelatih Juventus dan Olympique Marseille itu.