Dinkes Jabar Awasi Langsung Peredaran Obat

Risiko Infeksi

Dari Kemenkes, didapatkan informasi bahwa uji laboratorium kandungan vaksin palsu masih berlangsung. Sejauh ini, Kemenkes baru bisa memastikan bahwa vaksin palsu dibuat dari cairan antibiotik. Dengan demikian, risiko vaksin itu disuntikkan tidak terlalu besar. Namun, tetap saja dampak vaksin palsu harus diwaspadai.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mengungkapkan, bayi dan anak berisiko mengalami infeksi. Sebab, tidak ada jaminan pembuatan vaksin palsu steril. Infeksi itu, papar dia, bisa berupa demam tinggi yang disertai laju nadi cepat, sesak napas, dan sulit makan. Tapi, bila dua minggu setelah vaksinasi tidak muncul gejala tersebut, bisa dikatakan aman. ”Bila demam saja, itu masih wajar. Tapi kalau disertai gejala lain, itu yang harus jadi perhatian,” tuturnya.

Kendati demikian, Aman mengimbau para orang tua yang ragu atas vaksinasi anaknya untuk datang ke fasilitas kesehatan awal, bisa puskemas, klinik, atau poli anak di rumah sakit. Imunisasi ulang bisa dijadikan pertimbangan. (nit/idr/mia/c11/kim/rie)

Tinggalkan Balasan