Pasca Pakai, Botol Vaksin Harus Dipecahkan

bandungekspres.co.id, BANDUNG – PT Bio Farma menegaskan, tidak ada produksi vaksin yang dipalsukan. Hanya saja diduga terdapat produk serum yang dipalsukan.

Menurut Corporate Secretary PT Bio Farma Rahman Rustan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Bareskim Polri. Dia menduga, beberapa jenis serum yang dipalsukan. Di antaranya Biosar (Serum Anti tetanus), Biosave (serum anti bisa ular) dan tuberculin PPD.

”Bio Farma terus melakukan koordinasi dengan Bareskrim, Kementerian Kesehatan, Badan POM dan distributor resmi vaksin Bio Farma,” kata Iskandar kepada wartawa  di Ruang Rapat Gedung Heritage Bio Farma, kemarin (30/6).

Dia mengatakan, adanya kasus vaksin palsu merupakan kasus kemanusian dan bisnis. Artinya, saat pemerintah gencar melakukan sosialisasi vaksin, di sisi lain terdapat kasus vaksin palsu. Pihaknya khawatir apabila masyarakat menghentikan penggunakan vaksin.

Padahal, terdapat delapan vaksin dasar yang diwajibkan oleh pemerintah. Baik di masa bayi, balita, orang dewasa dan manula. Penggunaan vaksin sendiri untuk menghentikan penyakit menular yang bisa menyebar luas.

”Vaksin tidak dijual dengan bebas, vaksin yang kami produksi dijaga dengan ketat dan penyebarannya sudah ditersebar diketahui oleh kami,” ucapnya.

Diakui olehnya vaksin dan serum itu berbeda. Vaksin digunakan untuk imunisasi aktif sebagai bentuk preventif atau pencegahan. Sedangkan serum digunakan untuk pengobatan. Karena vaksin Bio Farma sulit dipalsukan. Misalnya vaksin campak tidak bisa dipalsukan.

Di dalam botolnya tidak ada oksigen. Jika dibuka, udara tersebut menyerap air sehingga tidak mungkin dipindahkan. ”Yang dipalsukan yang mahal. Buat apa dipalsukan yang murah?” tuturnya.

Dia menjelaskan, ada delapan vaksin Bio Farma. Yakni BCG (20 dosis) dengan harga jual ke pemerintah (e-catalog+PPN) Rp 59.950, TT (10 dosis) Rp 14.498, DT (10 dosis) Rp 17.798, Td (10 dosis) Rp 16.500, DTP-HB-Hib atau Pentabio Rp 76.285, bOPV Rp19.954. Lalu Hepatitis B (bayi) Rp 20.900 dan Campak Rp 28.204.

”Sedangkan produk-produk yang dipalsukan adalah produk mahal. Kemungkinan harganya di atas Rp 100 ribu,” tuturnya.

Di bagian lain, PT Bio Farma kecewa dengan banyaknya puskesmas yang belum memecahkan botol dari vaksin yang bekas dipakai. Sebab, hal itu dapat memicu dipakainya botol vaksin dan diisi dengan vaksin palsu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan