bandungekspres.co.id, BUAH BATU – Training of trainer (ToT) Bandung Masagi tahap satu selesai digelar kemarin (16/6). Kegiatan yang digelar selama tiga hari itu, Tim Bandung Masagi menghasilkan 50 fasilitator. Menurut Sekretaris Bandung Masagi, Dante Rigmalia, pada tahap ini para fasilitator ini sudah bisa piawai membuat program.
Selain itu, para fasilitator tersebut, mengerti tekait aspek penting dalam kurikulum Bandung Masagi. ”Aspek pentingnya adalah terkait tentang perkembangan anak, di mana terdapat delapan perkembangan anak yang wajib dipenuhi,” kata Dante kepada Bandung Ekspres ditemui di SMKN 3 Bandung kemarin.
Aspek perkembangan anak itu di antaranya, etika dasar, konsep diri, emosi, kognitif, moral, sosial, bahasa dan fisik. Semua itu harus bisa diimplementasikan pada Masa Orientasi Siswa (MOS) tahun ajaran baru. Bagaimana fasilitator bisa menyampaikan ajaran silih asah, silih asih, silih asuh dan silih wawangi kepada para siswa baru.
Untuk bagaimana kegiatannya, akan diserahkan kembali pada sekolah masin-masing, baik itu sekolah negeri atau pun swasta dan berbagai tingkatan. Bukan hanya itu, Kurikulum Bandung Masagi ini masuk ke dalam sekolah-sekolah informal lainnya salah satunya PAUD.
”Jadi kurikulum ini sengaja disiapkan untuk semua lingkungan pendidikan yang tidak hanya pendidikan formal saja,” ucapnya.
Walaupun begitu, dalam pendidikan perlu kolaborasi antara guru dan pimpinan sekolah. Dia menegaskan, tidak hanya menekankan pada guru saja. Hasil dari kolaborasi tersebut akan mendesain perubahan nilai, prilaku dan karakter.
Hal itu juga perlu didukung dari lingkungan yang mana bukan lingkungan sekolah saja. Melainkan lingkungan keluarga dan rumah. Maka daripada itu, ke depan pada ToT tahap dua dan tiga, akan mencapai tingkat yang lebih dasar lagi.
Menurut Tim Psikologi Bandung Masagi Ifa M. Misbach, Bandung Masagi diibaratkan seperti pohon yang mana terdapat akar, batang, buah, ranting dan lingkar tahun. ”Masing-masing dari bagian pohon tersebut memiliki artinya masing-masing,” ujarnya.
Dia menjelaskan, akar dapat diartikan sebagai landasan nilai-nilai filosofi kearifan lokal. Naik pada batang diartikan sebagai tahapan proses perkembangan dari berbagai tahap. Mulai dari PAUD hingga SMA/sederajat. Lalu, ranting dianggap sebagai aspek-aspek pada program religi, kebudayaan, lingkungan sampai bela negara.