Tidak hanya menyelami kriptografi, ilmu persandian yang bertaut erat dengan kegiatan intelijen. Dia sekaligus pelaku pula. Setidaknya dalam pengabdiannya selama 19 tahun di Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Sejumlah torehan prestasi telah diukir Pratama D. Persadha.
DIAN WAHYUDI, Jakarta
—
SUARA sirene tiba-tiba meraung-raung. Hampir bersamaan, sambungan listrik lokal padam. Suasana tegang tak terhindarkan ketika itu. Para pegawai yang diminta pulang cepat mulai panik.
Dalam rentang waktu yang pendek, kantor milik asing di kawasan paling strategis di ibu kota tersebut langsung menjalankan sejumlah standar khusus. Sebuah tindakan extraordinary yang hanya dilakukan ketika menghadapi sebuah ancaman serius.
Sementara itu, pada saat yang sama, tidak jauh dari tembok pagar kantor tersebut, ada tiga orang yang diam-diam mengikuti perkembangan situasi di dalam.
Mereka juga tegang. Terutama setelah mereka mengetahui aktivitas terkini para petugas keamanan kantor tersebut.
Para petugas itu menenteng senjata api yang pelurunya diperkirakan bisa menembus tembok. Para petugas keamanan tersebut bisa melakukan apa saja. Sepanjang masih berada di wilayah yurisdiksi mereka, aksi melumpuhkan sasaran berhak dilakukan. Tanpa bisa dituntut. Tanpa bisa digugat.
”Akhirnya, kami putuskan menyelamatkan diri dulu. Yang penting hidup dulu. Sembari nanti buat laporan ke atasan, tutur Pratama mengisahkan salah satu operasi yang pernah dilakukannya bersama tim.
Kala itu, operasi pemantauan sedang diarahkan ke kantor milik asing tersebut. Sebab, berdasar informasi awal yang didapat, ada indikasi kegiatan penyadapan sedang dilakukan di sana.
Dugaan makin kuat ketika tim kecil yang diturunkan melakukan observasi lanjutan dengan memakai kamera thermal. Dari situ kemudian diketahui bahwa memang ada area panas signifikan di salah satu ruangan. Tepatnya di lantai teratas bangunan gedung tersebut. ”Berarti memang ada pemasangan (alat) pemancar frekuensi. Coverage-nya kami perkirakan bisa sampai seluruh Jakarta,” katanya.
Berangkat dari situ, tim kecil kemudian melakukan tahap pengujian berikutnya. Yaitu, diam-diam mencoba memasang jammer atau alat pengacak. Karena pengamanan yang ekstraketat, tim tidak bisa mendekat. Tapi, mereka hanya mengarahkan alat ke ruangan yang diduga menjadi sentra penyadapan hanya dari luar pagar kantor.