BANDUNG WETAN – Pengawasan kesehatan terhadap satwa di Kebun Binatang Bandung diambil alih tim dokter hewan dari Taman Safari Bogor. Pasalnya, Kebun Binatang Bandung belum memiliki dokter spesialis untuk satwa liar.
Hal ini dibenarkan Humas Kebun Binatang Bandung Sudaryo. Menurut dia, hingga saat ini, memang belum memiliki dokter khusus hewan. ”Karena tidak ada dokter hewan, maka sementara dibantu dokter hewan dari TSI,” kata Sudaryo kepada wartawan kemarin (7/6).
Dia mengungkapkan, tidak adanya dokter spesialis satwa di Kebun Binatang Bandung ini bukan karena pihaknya tidak berupaya mencari. Namun, untuk urusan rekruitmen dokter hewan, bukan lagi tugas dan wewenang pengelola Kebun Binatang Bandung.
Menurut dia, semua sudah diserahkan sepenuhnya kepada Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) terkait seleksi tersebut. Dengan harapan, penyeleksian bisa lebih selektif dan sesuai dengan kebutuhan satwa-satwa.
”Kami belum tahu dokter yang akan diperlukan berapa orang, tergantung PKBSI,” ungkapnya.
Sudaryo menegaskan, jauh-jauh hari sebelum pihaknya menyerahkan kewenangan kepada PKBSI, memang sudah ada sejumlah pelamar yang berminat menempati kekosongan itu. Tapi, belum ada yang sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan.
Saat ini, kata Sudaryo, pihaknya sedang melakukan perbaikan-perbaikan fisik, sehingga dengan harapan sebelum waktu yang ditentukan Kebun Binatang Bandung sudah bisa mengalami perubahan fisik maupun kondisi satwa.
Lebih jauh Sudaryo mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya bakal segera membuka wahana gajah tunggang. Kepastian itu didapat setelah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PKBSI berencana membuka tali pembatas area tersebut.
Rencana pembukaan tali pembatas itu menyiratkan tidak perlu ada lagi yang dikhawatirkan dari area tersebut. Artinya, wahana tersebut steril dari virus menular pasca kematian gajah Yani.
”Rencananya hari ini (kemarin, red) perwakilan PKBSI dan BKSDA mau buka tali pembatas itu, tapi enggak jadi, ditunda dulu. Tapi kabar gembiranya berarti kuburan gajah Yani itu aman bagi pengunjung,” kata dia.
Dia menuturkan, pasca meninggalnya gajah Yani, Kebun Binatang Bandung mengalami penurunan jumlah pengunjung secara signifikan. Akibatnya, pengelola harus merugi hingga ratusan juta rupiah.