Pagar Tanaman Itu Kini Menangi Kontes Internasional

Dalam seleksi itu Indonesia membawa 20 sampel kopi. Semuanya diikutkan dalam SCAA Expo 2016. Kopi yang terpilih antara lain Gunung Puntang, Mekar Wangi, Manggarai, Malabar Honey, Atulintang, Bluemoon Organic, Java Cibeber, Catur Washed, West Java Pasundan Honey, Pantan Raya, Golawa, Redelong, Andungsari, Ende, Catur Hinay, dan Te­manggung. Ikut pula dibawa kopi-kopi yang selama ini namanya sudah sangat mendunia. Yakni Toraja Sapan, Gayo Organic, Arabica Specialty Gayo, dan Arabica Toraja.

Tanpa pernah diduga, Kopi Gunung Puntang justru yang mendapatkan peringkat teratas di SCAA Expo. Nilainya 86,25 poin. Sayang, Ayi tak bisa menyaksikan langsung saat kopinya didapuk sebagai kampiun di kejuaraan internasional. ”Sayangnya, saya tak punya ongkos ke sana,” candanya.

Mendapatkan skor tertinggi pada berbagai event malah membuat Ayi khawatir. Dia takut belum bisa mempertahankan kualitas kopinya. Maklum, kopi-kopi yang dilombakan itu termasuk panen perdana. ”Saya bingung karena makin banyak yang nyari. Apalagi, yang dicari kebanyakan natural process (yang hanya mendapatkan skor 81, Red),” jelasnya.

Ayi selama ini membanderol kopinya Rp 300 ribu per kilo, dalam bentuk green bean. Dia berharap masyarakat sekitar Gunung Puntang termotivasi dan meniru yang dilakukan kelompok taninya. Yakni mengelola kopi secara benar dan tak menjualnya dalam bentuk buah gelondongan atau cherry.

Sejak Ayi mengenalkan cara tanam kopi secara organik ke masyarakat, harga kopi di Gunung Puntang yang ditanam masyarakat memang mulai naik. Dari awalnya harga cherry Rp 2 ribu-Rp 3 ribu per kilogram, kini tembus Rp 8 ribu-Rp 10 ribu per kilogram.

”Saya inginnya nanti semua masyarakat di sini bisa menjual dalam bentuk biji. Jadi, yang naik bukan harga jualnya saja, tapi juga nilai jualnya,” tutur Ayi. Saung yang didirikan untuk mengelola kopi saat ini diharapkan bisa menjadi tempat belajar semua petani di Gunung Puntang.

Ayi selama ini rajin mendatangkan beberapa orang ke saungnya untuk ikut memberikan edukasi ke petani. Terakhir, sebelum Jawa Pos datang ke saung, Ayi baru saja mendatangkan orang dari sebuah bank BUMN. Mereka diminta berbagi mengenai pendanaan untuk para petani.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan