bandungekspres.co.id – HIDUP pada satu sisi adalah amanah dari Allah. Dan pada sisi yang lain, hidup juga adalah anugerah dari-Nya. Bila hidup ini adalah anugerah, maka hakikatnya bersyukur kepada Allah itu sepanjang waktu. Bukan sewaktu-waktu. Apapun posisi dan peran kita hari ini bersyukur kepada-Nya tidak boleh berhenti. Karena, sekali lagi bahwa hidup itu sendiri sebuah anugerah, dengan kata lain sebagai sebuah nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya.
Disebutkan dalam salah satu hadits, bahwa baginda Rasulullah saw bersabda “Ada dua nikmat yang sering diabaikan, yaitu kesehatan dan kesempatan”. Kebanyakan orang tentu sudah sangat mengetahui bahwa sehat itu sebuah nikmat yang mesti disyukuri. Namun hampir tidak semua orang mengetahui bahkan memahami bahwa sebuah “kesempatan” apapun dalam hidup itu adalah sebuah nikmat besar pula.
Hidup itu disebut sebagai sebuah anugerah, karena di dalamnya ada kesempatan manusia untuk mencapai derajat mulia setinggi-tingginya. Mungkin karena ketidakpahaman kepada makna hidup sebagai sebuah kesempatan berharga, maka banyak orang yang hidupnya itu berlalu begitu saja. Tanpa ada kiprah atau amal-amal yang dilakukan. Padahal berkiprah dalam hal-hal yang positif itu sebagi suatu bentuk mensyukuri hidup yang diberikan Allah.
Bulan Ramadan memberi pelajaran yang berharga kepada semua orang agar menjadi manusia yang bisa menjalani hidup ini dengan semestinya. Pada saat menjalani ibadah puasa Ramadan, seseorang begitu cermat memperhatikan putaran waktu dalam sehari. Bukan hanya jam per jam barangkali. Namun sampai kepada pergantian menit dan detik. Inti dari hal ini adalah bahwa semua orang diingatkan terhadap perjalanan waktu. Namun yang lebih penting, bukanlah menunggu perputaran waktu melainkan mengisi perputaran itu dengan amal.
Waktu itu terasa begitu lama kalau ditunggu, namun begitu cepat jika diisi dengan berbagai aktivitas. Tetapi pada hakikatnya waktu di dunia ini memang hanya sebentar. Posisi apapun yang diraih hari ini, adalah sekedar persinggahan semata. Artinya tidaklah kekal. Allah menggambarkan dalam al-Qur’an tentang perbedaan waktu dunia dan akhirat “Pada hari manusia melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (hanya sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari, (QS. 76 : 46). Marilah kita jalani ibadah Ramadan dengan sungguh-sungguh. Bukan saja yang terkait dengan ibadah puasanya, namun juga dengan ibadah-ibadah lainya, baik yang sifatnya terkait langsung kepada Allah, namun juga dengan ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia. Jangan kita biarkan kesempatan ibadah Ramadan ini berlalu begitu saja, karena betapa mahalnya kesempatan yang kita lakoni hari ini. Jadikan ibadah Ramadan sebagai totalitas syukur kita kepada Allah. Sebagaimana yang Alloh katakan bahwa ibadah puasa itu selain untuk membentuk manusia yang taqwa atau la’allakum tattaqun ( QS. 2:183) juga diharapkan dapat membentuk manusia yang pandai bersyukur atau la’allakum tasykurun (QS. 2: 185). Semoga Allah memberi kita semua kekuatan dan keteguhan agar kita senantiasa mampu bersyukur kepadanya sepanjang waktu,” ungkapnya. (drx/vil)