Selain itu, keseriusan pemerintah juga terlihat dari gencarnya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Karena itu, menurut dia, sebagian paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mulai berjalan. Namun, sebagian lagi masih tidak efektif. Beberapa program listrik yang dijanjikan pemerintah tidak dirasakan oleh pelaku usaha. Salah satunya adalah penurunan tarif listrik industri yang ternyata tidak terlaksana. ”Katanya akan kasih diskon, ternyata tidak terjadi. Di lapangan, kenyataannya berbeda,” ucap dia.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menambahkan bahwa angin segar pada perbaikan ekonomi Indonesia mulai terasa. ”Di 2016, kami optimistis. Kalau waktu di 2015, kami benar-benar mempunyai banyak kekhawatiran. Kekhawatiran mata uang, ramai-ramai di pemerintahan, sehingga kami merasa tidak ada harmonisasi antara dunia usaha dengan pengambil kebijakan,” ujar Rosan.
Rosan menilai, meski perekonomian dunia masih bisa dibilang lemah, sinergi antara pemerintah pusat, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlihat makin solid. Dengan kondisi baik itu, diharapkan berbagai kebijakan yang tepat dalam mendukung perbaikan ekonomi juga terlahir. ”Kalau tadi saya lihat ini yang menari gayo, yang nari dunia usaha, yang gendang pemerintah. Jadi, kalau gendangnya kencang, kami narinya ikut kencang. Kalau gendang pelan, kami ikut pelan. Yang kacau kalau yang gendang ikut nari,” paparnya.
Rosan menyebutkan, setidaknya ada sebelas paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah dengan fokus deregulasi. Hal itu diyakini bisa menimbulkan persepsi yang baik dari investor dalam maupun luar negeri. ”Saya baru mendampingi Presiden Jokowi ke Eropa. Para pengusaha di sana dengan Kadin. Itu suatu hal yang positif. Melihat kebijakan pemerintah kita, BI konsisten,” terang Rosan.
Head of Analyst PT MNC Securities Edwin Sebayang melihat, tanda-tanda pertumbuhan ekonomi mencapai 5,15 persen pada awal tahun semakin terlihat. Tapi belum berimbas pada sektor yang selama ini menjadi indikator sekaligus bagian dari kekuatan ekonomi Indonesia, yaitu produk consumer seperti kendaraan, termasuk properti. (dee/owi/ken/wir/gen/c11/kim/rie)