Memang saat diamankan petugas di wilayah Padalembara, Poso Pesisir Selatan, kedua pelaku dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, karena kelaparan. Disinggung terkait, ditemukannya dua anggota Santoso tersebut, di luar fokus pencarian aparat gabungan saat ini di wilayah Napu, Rudy mengakui memang, anggota kelompok Santoso ini memang memecah menjadi beberapa kelompok kecil. ”Karena terpecah, tetap kita cari dan dalami di mana saja kelompok-kelompok ini berada,” sebut Rudy.
Petugas kata dia, sudah memetakan area-area pelarian kelompok Santoso. Namun demikian, dengan alasan teknis pencarian di lapangan, dirinya tidak akan membeberkan hal tersebut kepada media. ”Yang jelas kita tetap berharap Santoso segera didapat,” tegasnya.
Jika pun Operasi Tinombala yang bakal segera berakhir beberapa hari lagi ini, tidak kunjung berhasil menangkap Santoso, Polda Sulteng, kata dia, tetap bakal melakukan pengejaran. ”Yang jelas kita sudah berusaha, walaupun jumlah kita sekitar tiga ribu personel, namun wilayah luas, tetap jumlah tersebut tidak kelihatan. Kalaupun operasi tidak diperpanjang, tetap kami akan cari (Santoso),” terangnya.
Lebih jauh disampaikan Kapolda, dari hasil evaluasi Kapolri saat berkunjung ke daerah operasi tersebut, kegiatan ini sudah berjalan efektif. Kapolri juga telah memberikan apresiasi kepada seluruh pasukan yang bertugas di lapangan. ”Namun beliau tetap meminta agar operasi ini bisa lebih berhasil,” pungkas mantan Kapolres Poso ini.
Untuk diketahui, selama digelarnya Operasi Tinombala sejak 9 Januari 2016, pasukan gabungan TNI/Polri sudah melumpuhkan sedikitnya 14 orang anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Dengan rincian, 10 meninggal dunia dan 4 orang ditangkap hidup-hidup. Hingga kini tersisa 27 orang DPO yang diburu aparat. Yang terdiri dari 24 laki-laki dan 3 perempuan, istri dari Santoso, Basri dan Ali Kalora.
Terpisah, Pakar Kebijakan Publik Yulianto kadji mengapresiasi gerak cepat kepolisian mengantisipasi masuknya kelompok teroris santoso ke Gorontalo. Karena itu langkah tersebut patut didukung seluruh rakyat Gorontalo.
”Terorisme, gerakan separatisme, dan radikalisme sebagai musuh bersama negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Oleh karena itu rakyat harus mendukung sepenuhnya polisi yang begitu sigap dan cepat mengantisipasi masuknya gerakan terorisme, khususnya yang dipimpin Santoso di wilayah perbatasan Sulteng-Gorontalo,” kata Yulianto Kadji.