Memahami ”Globalnya” Formula 1 lewat Debut Rio Haryanto di Australia
AZRUL ANANDA dari Melbourne
Siapa saja boleh tidak setuju. Bahkan tidak suka. Siapa saja boleh berkomentar buruk. Siapa saja boleh teriak-teriak, baik secara jantan maupun sambil menyembunyikan batang hidung via media sosial. Faktanya tetap sama: Rio Haryanto telah mencatat sejarah.
Rio Haryanto, di usia 23 tahun, telah menjadi pembalap Indonesia pertama yang membalap di ajang paling bergengsi, Formula 1. Satu-satunya dari Asia, dari 22 orang istimewa yang berhak balapan di arena itu tahun ini.
Grand Prix Australia di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Minggu kemarin (20/3) merupakan kanvas tempat sejarah itu tertulis. Rio membubuhkan tanda tangannya di papan selamat datang yang disiapkan untuk diteken oleh seluruh pembalap dan bos tim.
Rio juga meninggalkan jejak ban mobil Manor-Mercedes-nya di atas permukaan lintasan. Di kanvas yang sama dengan para superstar dunia seperti Damon Hill, Jacques Villeneuve, Michael Schumacher, Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, Jenson Button, Kimi Raikkonen, dan nama-nama superkondang lain.
Walau mengalami kerusakan mobil dan gagal finis di Australia, sampai kapan pun fakta ini tidak akan berubah. Rio Haryanto adalah yang pertama bagi Indonesia di F1!
Ironisnya, di Indonesia tetap tidak banyak orang yang paham betapa besarnya capaian Rio Haryanto ini. Betapa besarnya panggung F1. Betapa besarnya perhatian yang kemudian muncul untuk Indonesia.
Sebab, memang tidak banyak orang bisa datang langsung ke arena F1. Tidak banyak orang mendapatkan informasi atau membaca informasi yang jelas tentang apa itu F1 dan bagaimana F1 beroperasi.
Dan yang paling ironis, begitu banyaknya ”pengamat” dan ”komentator” F1 baru muncul dari Indonesia begitu nama Rio Haryanto muncul sebagai peserta musim 2016. ”Pengamat” dan ”komentator” yang sebelumnya mungkin belum pernah menonton F1, tidak mengerti soal balapan, serta hanya bermodal jari dan ponsel.
***
Untuk menyadari betapa besarnya F1 dan perhatian yang ditujukan kepada F1, memang harus mengikuti kesibukan Rio sehari-hari di sirkuit saat lomba berlangsung.
Sebagai seorang rookie (pendatang baru) dari negara yang belum pernah punya pembalap F1 dan tidak punya tradisi motorsport yang besar, Rio sudah mendapatkan porsi sorotan yang cukup besar.