Sebab, pada hari yang sama kemarin juga berlangsung Islamic Book Fair di Istora Senayan. Titik-titik pintu masuk lainnya ditutup untuk aktivitas pengamanan.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan, kualitas pengamanan yang diberikan TNI kepada para tamu merupakan cerminan bangsa Indonesia. ”Ini bersentuhan langsung dengan kehormatan, citra, dan kebesaran nama bangsa Indonesia di mata dunia internasional,” tuturnya.
Yang tidak kalah maksimal adalah fasilitas untuk para pemburu berita. Meski akses di area KTT terbatas, media mendapat ruangan besar di JCC, yakni balai pameran seluas 3.060 meter persegi. KTT kali ini diliput 527 jurnalis dari Indonesia maupun mancanegara.
Kemenkominfo menyediakan 150 komputer sebagai fasilitas untuk para pewarta. Juga beberapa layar besar untuk menyaksikan secara langsung jalannya KTT. Termasuk di dalamnya acara gala dinner yang berlangsung semalam.
Menkominfo Rudiantara menerangkan, penyelenggaraan KTT kali ini memang tidak sebesar KAA di Bandung tahun lalu. Itu wajar karena tema KTT kali ini tergolong spesifik. Sebab, tajuknya memang KTT luar biasa. ”Waktu KAA itu ada sekitar 2.000 jurnalis yang meliput,” katanya.
Ada sejumlah perbedaan dengan penyelenggaraan KAA tahun lalu. Di antaranya, semua kegiatan yang menyangkut publikasi harus dikoordinasikan dengan Sekjen OKI. ”Jadi, rilis pers dan substansi lainnya tidak bisa seperti KAA,” ucapnya.
Rudiantara menambahkan, tugas Kemenkominfo kali ini ialah memastikan kerja jurnalis yang meliput KTT tidak terhambat. Khususnya dalam mengirim informasi. Namun, dalam hal substansi KTT, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena setiap informasi harus mendapat persetujuan Sekjen OKI untuk bisa disebarluaskan.
Untung masih ada ”penawarnya”. Ya tempat pijat tadi. Apalagi, layanan yang diberikan memang sesuai dengan kerja para jurnalis yang acap kali mengeluhkan sakit di bagian bahu dan leher. (*/c9/ttg/rie)
Demi Palestina, KTT Luar Biasa OKI ”Bersahaja


- Baca artikel Jabarekspres.com lainnya di Google News