bandungekspres.co.id– Hujan deras yang mendera Jakarta, Selasa (2/2), pukul 00.05 WIB, membuat dua lokasi di Wilayah Jakarta Selatan mengalami banjir. Tak terkecuali di kawasan langganan banjir. Akibat luapan Kali Ciliwung, perumahan warga di Pancoran dan Tebet kembali terendam air.
Terdapat dua kecamatan di Jakarta Selatan yang terendam banjir. Di antaranya di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, musibah banjir terdapat di Kelurahan Pengadegan, RW 01, RT 07. Sedangan di Pancoran, ketinggian air antara 30- 50 centimeter.
Sementara di Kelurahan Rawa Jati, RW 07, RT 07, Pancoran, ketinggian air antara 20-30 centimeter. Kondisi serupa juga terjadi di Kecamatan Tebet. Genangan terjadi di Kelurahan Kebon Baru, RW 10, RT 08, Tebet, ketinggian air mencapai 10-20 centimeter.
Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Kota (KPBK) Jakarta Selatan Danang Susanto mengatakan, musibah banjir diakibatkan luapan Kali Ciliwung. Air sudah mulai masuk ke pemukiman warga pada Senin (1/2), pukul 23.15 WIB, dan surut pada Selasa (2/2) pagi hari.
”Seperti di RT 02 RW 07 Rawa Jati, luapan aliran Kali Ciliwung menyebabkan ketinggian air 30 centimeter. Bukan karena kali juga, tapi got (saluran) buangan air limbah rumah tangga menyumbat,” beber Danang saat meninjau lokasi genangan di Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan, kemarin.
Begitu juga dengan RT 08, RW 10, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Genangan air setinggi 20 centimeter dan sudah mulai surut pada pukul 04.00 WIB, kemarin. Karena saluran-saluran sudah mulai dibersihkan oleh petugas PPSU kelurahan setempat. ”Kondisinya karena luapan aliran Kali Ciliwung,” urai Danang.
Menghadapi bencana banjir itu, Warga RT 04, RW 07, Sumarni (40), rumahnya persis di pinggir Kali Ciliwung menilai, ketinggian genangan awal tahun 2016 ini lebih rendah jika dibanding tahun-tahun sebelumnya.
”Karena memang kondisi rumah saya di pinggir kali. Di dalam rumah 15 centimeter kalau di luar rumah lebih 30 centimeter. Dulu bisa sampai satu meter lebih, itu ada bekas lumpurnya di dinding,” ungkap Sumarni.
Dia menambahkan, genangan surut dalam waktu ceapt. Berbeda dengan tahun lalu, genangan di pemukiman sempat stagnan. ”Tahun-tahun sebelumnya, menggenang selama satu jam, baru turun. Kalau sekarang nggak ada namanya genangan diam, langsung turun lagi,” tambah Sumarni.