Cuek Diteror karena Tak Percaya Klenik

Handoko Wibowo, Pembela Petani Batang Peraih Yap Thiam Hien Award

Handoko Wibowo mendidik para petani memperjuangkan tanah mereka dengan berorganisasi, berdialog, atau berunjuk rasa damai. Sampai rela meninggalkan praktik sebagai pengacara.

TAUFIK HIDAYAT, Batang

Handoko Wibowo
TAUFIK HIDAYAT/JAWA POS
RADAR SEMARANG
OMAH TANI: Handoko Wibowo di rumahnya Dukuh Cepoko, Desa Tumbrep,
Kecamatan Bandar, Batang. Dia menjadi salah satu pejuang hak petani

DI rumah yang jembar itu, para ”tamu tak diundang” tersebut terus saja datang. Mulai boneka kain mori yang ditusuk jarum, telur yang sudah dipecah, sampai taburan garam dan paku.

Tapi, tak sekali pun sang pemilik rumah, Handoko Wibowo, merasa terganggu. Apalagi keder. Padahal, yang paham klenik pasti tahu, semua ”tamu” tadi terkait erat dengan praktik santet alias teluh.

Sudah pasti yang disasar adalah Handoko. ”Biarin saja, wong saya nggak percaya hal-hal kayak gitu kok,” katanya kepada Jawa Pos Radar Semarang di rumahnya di Dukuh Cepoko, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Kamis (28/1).

Handoko diteror karena kegigihannya membela petani. Sejak 1998, dia tak putus melakukannya sampai kini. Sampai-sampai, dia harus menghentikan praktik sebagai pengacara.

Pendampingan yang dilakukannya tak hanya kepada para petani dari Batang, tapi juga berbagai daerah lain di Jawa Tengah. Kegigihan itulah yang akhirnya membuat Handoko dianugerahi Yap Thiam Hien Award 2015. Penghargaan tersebut diberikan kepada orang atau organisasi yang konsisten berjuang menegakkan hak asasi manusia

Digelar sejak 2002, tahun lalu penghargaan itu diberikan kepada Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah. Aktivis buruh yang terbunuh, Marsinah; penyair yang dihilangkan paksa, Widji Thukul; akademikus terkemuka mendiang Soetandyo Wignjosoebroto; serta Majalah Tempo adalah sebagian nama lain yang pernah mendapat award yang sama.

”Penghargaan ini menjadi pengingat bagi saya untuk lebih peduli lagi kepada para petani miskin atau yang kehilangan hak atas tanah,” kata Handoko.

Rencananya, 11 Februari nanti, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan juga berkunjung ke rumah Handoko yang disebut Omah Tani. Tujuannya, menyerahkan 425 sertifikat kepada 425 kepala keluarga Dukuh Cepoko atas lahan seluas 80 hektare.

Tinggalkan Balasan