Tetapi, rupanya, ada hikmah besar dari peristiwa rush 1995 itu. Mochtar lantas melakukan general check-up di Lippo Bank untuk mengurai seluruh bisnis dari bawah hingga ke atas serta lebih hati-hati dalam penyaluran kredit.
Hasilnya, rasio kecukupan modal (CAR) pun melonjak menjadi 30 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan Bank Indonesia (BI) yang mensyaratkan minimal 8 persen. ”Karena kekuatan modal itulah, saat krisis moneter 1998, kami relatif kuat,” ujarnya.
Setelah meraih semua, apa lagi yang ingin dilakukan Mochtar? Dia menyatakan, gairahnya kini tertambat pada bidang pendidikan dan kesehatan. Itulah alasan dirinya getol mengembangkan Sekolah Lentera Harapan hingga Universitas Pelita Harapan serta membangun jaringan Rumah Sakit Siloam di berbagai daerah. ”Di sisa umur yang diberikan Tuhan ini, saya hanya ingin bermanfaat bagi lebih banyak orang,” ungkapnya. (owi/c5/sof/rie)
