Tren Otomatisasi Tak Akan Terbendung

Soedomo Mergonoto tentang Produktivitas Tenaga Kerja

Upah tenaga kerja selalu menjadi isu pelik dalam upaya menjaga iklim investasi. Butuh solusi tepat agar bisnis tetap bertumbuh.

PT.Santos jaya Abadi
Soedomo Mergonoto
Owner PT.Santos jaya Abadi

SOEDOMO Mergonoto, presiden direktur PT Santos Jaya Abadi, memprediksi tren otomatisasi terjadi dalam sepuluh ta­hun ke depan. Sebab, pengusaha makin lama kian sulit menuruti kenaikan upah minimum kota/kabupaten (UMK) yang membubung.

”Untungnya, di Kapal Api (brand produk kopi PT Santos Jaya Abadi), kami tidak melakukan efisiensi di bidang SDM sehingga tidak ada PHK (pemutusan hubungan kerja). Hanya, kami menahan rekrutmen karyawan baru,” katanya akhir pekan lalu.

Banyak perusahaan yang melakukan efisiensi di bidang tenaga kerja karena tak kuat membayar upah sesuai dengan UMK. Apalagi untuk perusahaan yang punya ribuan tenaga kerja. Bukan hanya itu. Beberapa perusahaan juga telah melakukan investasi mesin dan robot untuk mendukung otomatisasi. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tenaga manusia yang biayanya makin lama kian mahal.

Menurut Soedomo, kenaikan cost tersebut belum diimbangi dengan produktivitas karyawan. ”Tiga tenaga kerja Indonesia tingkat produktivitasnya sama dengan satu tenaga kerja dari Tiongkok. Kasir saja, misalnya, antara kasir Indonesia sama kasir dari Tiongkok, beda kecepatan dan produktivitasnya,” ujar dia.

Pria kelahiran 3 Juni 1950 itu mengungkapkan, secara jangka panjang, memang industri telah berpikir otomatisasi untuk efisiensi. Itu sulit dibendung jika upah naik terus, sedangkan produktivitas kurang.

Hal yang sama bahkan telah dilakukan industri-industri di Tiongkok dan AS. Soedomo mencontohkan kafe yang mengurangi tenaga kerja dengan menggunakan sistem swalayan. Pengunjung datang, pesan, bayar, lalu bawa sendiri makanan dan minumannya ke meja.

Cara itu dilakukan untuk menghemat cost di bidang tenaga kerja. Di industri besar juga kurang lebih sama. ”Kita beli mesin yang dulu dalam satu kali produksi mesinnya dijaga sepuluh orang. Sekarang beli mesin yang lebih canggih, sekali produksi dengan kecepatan tinggi cuma dijaga satu orang,” tandasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan