”Selain itu, kami juga tentu berkewajiban memberikan bantuan kebutuhan sosial dasarnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Camat Rancabali Purnama mengungkapkan, berdasarkan informasi yang dihimpun pihak desa, diketahui AL telah meninggalkan keluarganya selama dua tahun terakhir ini. Kepergian AL ini tanpa memberikan kabar kepada istri dan kedua anaknya. Kata dia, AL bukan asli warga Kecamatan Rancabali, melainkan berasal dari luar Jawa Barat. AL menikahi salah seorang warga Desa Alam Endah itu, saat keduanya bekerja di Kota Bandung.
”AL ini meninggalkan istri dan anaknya sejak dua tahun lalu. Nah keluarga juga bilang tidak akan menerima lagi kehadiran AL di tengah-tengah mereka,” ungkapnya.
Jika ada penolakan dari pihak keluarganya, kata dia, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, pihak Kecamatan Rancabali dan Desa Alam Endah harus memikirkan cara lain untuk menangani masalah AL itu.
Eks Gafatar Sudah Dipulangkan
Sementara itu, proses pemulangan para warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) secara bertahap terus dilakukan. Dari total sekitar 4.000-an warga eks Gafatar yang bermukim di Kalimantan Barat, Polri menyebut sudah lebih dari separuh warga yang dipulangkan ke daerah mereka masing-masing.
Hal tersebut disampaikan oleh Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulistyanto, dalam rapat kerja antara Kapolri dengan Komisi III DPR di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (25/1).
Arief menyatakan, jumlah warga eks Gafatar yang dipulangkan ke daerah mereka masing-masing sudah mencapai kisaran 2.500 jiwa. ”Sisa 1.700 sekian warga (yang belum dipulangkan,” kata Arief.
Arief menyatakan, pasca aksi pembakaran kamp eks Gafatar, situasi saat ini sudah berjalan kondusif. Polda Kalbar saat ini bekerjasama dengan Direktorat Tipidum Mabes Polri telah melakukan pengembangan kasus kelompok sesat buatan Ahmad Musadeq itu.
”Diketahui bahwa semua proses operasi itu berlangsung di luar Kalbar, sementara Kalbar itu hanya ending-nya,” kata Arief.
Di tempat yang sama, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan, secara kronologis, warga eks Gafatar di Mempawah, Kalbar memang selama ini membuat kelompok yang eksklusif. Keberadaan mereka langsung menjadi perhatian saat kasus Dr Rica menjadi pusat atensi publik. ”Karena diberitakan masif, imbasnya adalah banyak masyarakat yang khawatir ada keterlibatan anggota keluarga lain,” kata Badrodin.