Seks Bebas Remaja yang Selalu Berujung Petaka

Ada lagi remaja di metropolis yang mau berbagi cerita tentang pengalaman seks bebas hingga dia terkena IMS. Sebut saja namanya Rosa. Dia mengenal hubungan seksual ketika masih berusia belasan tahun. Kini dia sudah menjadi mahasiswa semester awal sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya.

”Saya merasa gimana gitu kalau sama pelaut,” katanya. Sudah berulang-ulang dia berhubungan badan dengan orang yang berprofesi sebagai pelaut. Bahkan, pada mereka yang level kelasi.

Sekarang Rosa menderita kondiloma atau daging tumbuh. Karena sakitnya itu, dia sering merasa frustrasi. Rasa frustrasi tersebut muncul ketika dia ternyata tidak mendapatkan kepuasan seperti yang didambakan. Haus kasih sayang seorang ayah yang dia lampiaskan dengan tidur bersama laki-laki ternyata tidak membuatnya puas. Yang dia dapat justru IMS. Bahkan, beberapa kali Rosa mencoba untuk bunuh diri. Sekarang Rosa sedang menjalani pengobatan medis.

Satu lagi remaja yang mau bercerita kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres). Sebut saja namanya Tesa. Sekarang usianya sudah 19 tahun. Dia mengaku pernah ada masalah pada organ kewanitaannya. ”Sering keputihan dan mambu,” katanya. Keluhan itulah yang acap kali membuatnya tidak nyaman. Ketika bertemu dengan teman-temannya, Tesa harus menjaga cara duduk agar tidak tercium. Selain itu, dia merasa sering gatal di bagian ”anunya”.

Tesa mengatakan, dirinya mengenal hubungan suami istri sejak SMP. Ketika itu, dia tinggal dengan kakek dan neneknya. Ibunya sudah meninggal, sedangkan ayahnya menikah lagi. ”Awalnya saya dipaksa pacar,” ujar Tesa.

Karena merasa sudah terjerumus, perilaku seks bebas Tesa semakin kebablasan. Dengan alasan mencari uang, dia mulai melayani pria hidung belang. Hal itu dilakukan Tesa karena tidak mau bergantung secara ekonomi pada budenya.

Tesa bukannya tak pernah berhenti menjual diri. Meski sering pindah kota, selalu saja ada lelaki yang mengajaknya. ”Saya selalu ingin melakukannya. Bahkan, saya pernah minta begitu dengan pacar baru saya,” ceritanya.

Untung, Tesa mengenal salah seorang aktivis sosial. Dia dibawa ke sebuah rumah penampungan. Di sana dia mulai mendapatkan kehangatan keluarga. Tesa pun terbuka soal permasalahan di organ intimnya. ”Sekarang saya sudah berobat. Mbak-mas di sini yang mendorong saya,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan