Dengan samar-samar Dwi mendengar suara orang minta tolong dan berteriak. Ada seorang ibu yang tubuhnya penuh pecahan kaca akibat ledakan kedua itu. Sambil merangkak, Dwi langsung menggapai jendela dan keluar ke arah Jalan Wahid Hasyim.
Dwi mengatakan, kesadarannya tetap terjaga dari bom pertama sampai dia digeret orang untuk masuk ke dalam taksi. ”Tetapi, telinga saya terus mendengung sampai ke rumah sakit,” katanya.
Dwi dievakuasi dengan taksi ke RS Ibu dan Anak (RSIA) YPK Mandiri Menteng. Di rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari TKP ledakan itu, Dwi sempat diberi sejumlah obat dan air teh manis. Setelah sedikit tenang dari trauma, dia sempat menceritakan kejadian kepada seorang dokter di RSIA YPK Mandiri.
Setelah menjalani perawatan pertama, sekitar pukul 14.00 dia dibawa pulang ke Jalan Kudus, Blora, Menteng, Jakarta Pusat. Kata dokter saat itu, efek pengobatan perdana tersebut adalah rasa mual dan muntah-muntah.
Setelah satu jam di rumah, Dwi memang akhirnya muntah-muntah. Dia kemudian dirujuk ke RS Permata Hijau. Informasi dari dokter, ada sedikit keretakan tulang di leher bagian belakang sehingga harus dipasangi gips melingkar.
Asep Yanto Rukmanto memang tak mengalami langsung kengerian teror pada Kamis lalu itu seperti Dwi. Tapi, dia tak kalah trauma lantaran dua anaknya, Agus Kurniawan, 34, dan Nurman Permana, 24, turut menjadi korban luka. Keduanya kini masih dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Polisi berpangkat aiptu tersebut baru kemarin sore kembali bertugas. Sebelumnya, sejak meletusnya teror itu, dia harus ”bolos” dari tugasnya di pos polisi di Pulo Mas, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, untuk menjaga anaknya.
”Alhamdulilah, mereka sudah baikan dan sedang dijaga ibunya,” ujarnya saat dikerubungi awak media di depan gedung utama RSPAD kemarin (15/1).
Dia mengaku tak tega membiarkan dua anaknya itu terlalu lama sendiri. Apalagi, setelah melihat wajah trauma mereka sesaat setelah kejadian. Mental dua anaknya tersebut sangat terpukul gara-gara tragedi yang menewaskan tujuh orang itu.