Ketika Luhut Pandjaitan Bernostalgia di Bekas Medan Tempur di Timor Leste
Dalam suasana bersahabat, Luhut Pandjaitan dan Presiden Timor Leste Taur Matan Ruak bertukar kenangan sewaktu saling berhadapan dulu. Luhut ingin membantu menemukan makam mantan Perdana Menteri Nicolau do Reis Lobato.
Gunawan Sutanto, Dili
’’Ideal are peaceful, history is violent.’’
Sersan Don ’’Wardaddy’’ Collier, Fury
JIKA saja operasi militer yang dilakukan 40 tahun lalu berhasil, pertemuan hangat dua lelaki itu kemarin (13/1) tidak akan pernah terjadi. Tapi, guratan nasib rupanya berkehendak lain.
Keduanya masih diberi panjang umur. Bahkan, dari semula berhadapan di medan perang, kini mereka bersahabat erat. Permusuhan telah lama mereka kubur.
Saat bertemu di Dili, Timor Leste, kemarin, dua lelaki tersebut, Jenderal (pur) Luhut Binsar Pandjaitan dan Taur Matan Ruak, saling berpelukan erat dan cekikikan mengingat memori masa silam.
Luhut merupakan mantan perwira Detasemen Tempur Kopassandha (kini Kopassus) yang diterjunkan untuk menumpas Fretilin, organisasi yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Leste. Sedangkan Taur merupakan salah seorang pentolan gerilyawan Falintil, sayap militer Fretilin.
’’Operasi kami dulu terlambat sekitar dua jam saja. Kalau tidak, Anda pasti sudah saya tangkap,’’ kelakar Luhut yang kini menjabat Menko Polhukam ketika bertemu Taur di Dili kemarin.
Taur, kini presiden Timor Leste, hanya tertawa geli. ’’Saya justru baru tahu sekarang kalau waktu itu akan ditangkap,’’ ungkap Taur disambut tawa Luhut.
Kunjungan kerja Luhut ke Timor Leste berlangsung dua hari, 12–13 Januari. Di Negeri Lorosae itu, Luhut mengagendakan sejumlah pembicaraan kenegaraan.
Salah satunya menyangkut penanganan masalah perbatasan dan imigrasi. Sekaligus, Luhut ingin menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo berencana mengunjungi negara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia tersebut.
Nah, di tengah pembicaraan serius itulah, Luhut banyak bernostalgia dengan para pejabat di Timor Leste yang dulu menjadi target operasinya. ’’Dulu kami memang musuh, tapi kini menjadi sahabat. Persahabatan ini bisa menjadi contoh bagi dunia,’’ ujar pejabat kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara, itu.