Selain menempati rumah di lokasi tersebut, anggota Gafatar lainnya pun dikabarkan menghuni wilayah perbukitan tak jauh dari lokasi Perumahan Cibogo Permai III. Namun, diduga mereka hijrah ke Kalimantan secara bersamaan.
Ida Rukman Ketua RT 07/RW 06 mengatakan, sejak Agustus 2015 lalu rumah kontarakan petak yang diduga sebagai markas kumpulan anggota Ormas Gafatar itu sudah kosong.
”Dalam pergaulan sehari-hari mereka baik, malah bila ada kegiatan selalu ikut dan membantu masyarakat di di sini, contohnya ketika bangun masjid ataupun kegiatan sosial lainya, dan tidak mau menerima imbalan ketika saya kasih,” kata Ida.
Ida juga menjelaskan, tempat kos ruang petak dengan tiga kamar itu ditempati Junaedi asal Sumedang bersama 6 orang rekannya. Namun karena seringnya kegiatan, jumlah penghuni bertambah.
”Tetapi lama kelamaan kok semakin banyak, bahkan puluhan saya lihat, tetapi setelah banyak orang di rumah petak, tidak lama kemudian sepi dan kosong dan Junaedi berpamitan untuk pindah, katanya mau ke Sumedang, sekitar jam 12 malam dengan truk Junaedi pindah rumah,” papar Ida.
Informasi lain dari warga mengatakan bahwa Junaedi selalu mengadakan pertemuan dengan teman-temannya setiap hari minggu, ”Biasanya jika kumpul dengan teman-temannya bisa mencapai 50 orang dari berbagai daerah, Bekasi, Garut dan suka mengadakan bakti sosial di lingkungan rumah,” katanya.
Hal yang sama juga diceritakan oleh M. Ibrahim LSM dari Lentera Kota Cimahi yang rumahnya tidak jauh dari lokasi markas Gafatar. Dirinya mengaku pernah diajak untuk ikut bergabung di Ormas Gafatar.
”Beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan Junaedi, lalu saya bertanya, anda itu dari ormas apa? dia jawab dari Gafatar dan dia membuka laptop sekaligus menjelaskan ormas Gafatar itu seperti apa,” kata Ibrahim.
Dijelaskannya, gerakan dan visi misi Ormas Gafatar lebih membicarakan ketahanan pangan, pertanian dan faham nasionalisme Pancasila. Namun yang membuat aneh, Junaedi selalu membawa bahasa Alqran dan Injil.
Di Cimahi sendiri dikatakan Ibrahim, ada tiga orang yang aktif menyosialisasikan Gafatar. Biasanya mereka berkumpul di wilayah Citereup dan sekitar Cimahi Tengah. ”Mereka orang baru, pendatang yang pekerjaan sehari-hari sebagai pedagang dan ada yang berjualan es krim, tinggal satu kost, ada orang Bekasi dan Garut, mereka diajarkan bercocok tanam,” pungkas Ibrahim. (drx/bun/asp/rie)